kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.224   -44,00   -0,27%
  • IDX 7.097   0,57   0,01%
  • KOMPAS100 1.061   -1,66   -0,16%
  • LQ45 834   -1,33   -0,16%
  • ISSI 215   0,18   0,08%
  • IDX30 426   -0,55   -0,13%
  • IDXHIDIV20 514   0,79   0,15%
  • IDX80 121   -0,21   -0,17%
  • IDXV30 125   -0,28   -0,22%
  • IDXQ30 142   -0,01   0,00%

Investor Indonesia lebih tertarik sektor properti


Kamis, 18 Juli 2013 / 15:56 WIB
Investor Indonesia lebih tertarik sektor properti
ILUSTRASI. Manfaat Jus Tomat untuk Kesehatan Tubuh


Sumber: Tribunnews | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Melonjaknya kebutuhan perumahan menjadikan investasi di sektor ini menjadi sasaran menarik bagi investor. Data Manulife Investor Sentiment Index di Indonesia (Manulife ISI) mencatat, investor Indonesia optimistis atas investasi di sektor properti, ketimbang berinvestasi di sektor saham dan obligasi.

Alvin Pattisahusiwa, Direktur Investasi Manulife Aset Manajemen Indonesia, mengatakan, dalam data tersebut ekspektasi 9 dari 10 responden dalam survei ISI memprediksi imbal hasil properti 12 bulan mencapai 32% atau lebih tinggi ketimbang dengan saham dan obligasi.

"Dalam data Manulife ISI, investor yakin properti akan hasilkan 32% investasi, berbeda dengan investasi sektor lainnya seperti saham dan obligasi. Mereka percaya, investasi saham hanya menghasilkan investasi 27% dan obligasi sebesar 25% dalam setahun," ujarnya, Kamis (18/7).

Investasi ini mengacu kepada keyakinan atas investasi di sektor properti yang dinilai lebih aman ketimbang investasi di sektor saham yang cenderung volatile. Imbal hasil yang belum jelas karena bergeraknya capital inflow yang menjadi penyebab keengganan mereka memasuki bursa saham Indonesia yang cukup stabil.

Padahal Indeks cukup menaik dengan pencapaian pada satu tahun terakhir tumbuh 21% untuk perbandingan Maret 2012 hingga Maret 2013. Bahkan, pergerakan indeks di atas bursa saham AS dan Eropa seperti S&P 500 dan Stoxx, Europe 600, MSCI Asia. Bahkan di kawasan Regional, hanya Nikkei yang bisa mengalahkan IHSG.

Namun ia mengatakan, investasi di sektor saham akan menjadi pilihan menarik ketika inflasi naik dan kebutuhan akan berinvestasi semakin menarik. Sehingga investor akan cenderung mencari capital gain untuk mengatasi lonjakan harga.

"Saham masih menarik sebab dari data kami hanya 22% dana investor untuk keperluan pribadi, sedangkan sisanya untuk kebutuhan jangka menengah dan panjang jadi peluang berinvestasi itu cukup banyak," katanya.

Secara keseluruhan survei ini membuktikan sekitar 50%  investor Asia berpendapat bahwa imbal hasil saham akan naik sebesar 20% dalam 12 bulan mendatang. Survei ini dilaksanakan Manulife dalam 500 wawancara online di pasar Hong Kong, China, Taiwan, Jepang, Singapura, Malaysia dan Indonesia.

Survei ini dilakukan untuk kalangan kelas menengah ke atas yang memiliki dana cadangan sebanyak 12 bulan dari pendapatan pribadi. (Arif Wicaksono/Tribunnews)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×