kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mau pilih investasi saham, obligasi atau emas?


Kamis, 18 Juli 2013 / 15:13 WIB
Mau pilih investasi saham, obligasi atau emas?
ILUSTRASI. Dua Asteroid Besar Terpantau Akan Terbang Melewati Bumi Menurut NASA, Berbahayakah?


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Bank Indonesia kembali mengerek naik suku bunga acuan alias BI rate pada 11 Juli lalu sebanyak 50 basis poin menjadi 6,5%. Sebelumnya, pada 13 Juni 2013, suku bunga acuan naik 25 bps menjadi 6%.

Langkah tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan inflasi. Ini tentu saja akan mempengaruhi pergerakan pasar finansial, termasuk di bursa saham. Lantas, bagaimana investor harus mengatur portfolio agar tetap untung saat tekanan kenaikan BI rate datang mendera?

Alvin Pattisahusiwa, Direktur Investasi Manulife Aset Manajemen Indonesia menyarankan agar investor kembali melirik tujuan investasinya. Sebab, kata Alvin, setiap individu memiliki kecenderungan yang berbeda dalam berinvestasi yang memiliki risiko yang berbeda.

"Harus dilihat tingkat toleransi risikonya. Kalau misalnya setiap hari memperhatikan naik turunnya saham 5% dan masih bisa tidur tenang, itu berarti tingkat risikonya tinggi. Jadi tak masalah alokasi investasi penuh di saham," kata Alvin di Jakarta, Kamis (18/7).

Pertimbangan kedua adalah, faktor usia dan ketiga adalah faktor kebutuhan keuangan dalam jangka menengah dan jangka panjang. "Baru kemudian dibuat komposisi yang pas, jadi sangat berbeda-beda jenis instrumennya bagi setiap individu dalam investasi," saran Alvin.

Meski begitu, secara pribadi, Alvin mempercayai instrumen investasi di saham dan obligasi. Dalam sebuah konferensi media, Alvin menguraikan sektor saham yang menarik saat ini adalah sektor consumer goods dan properti.

Menurut Alvin, di tengah kondisi pasar saat ini, ada baiknya mengoleksi saham yang merupakan konsumsi domestik daripada saham berorientasi ekspor. Selain instrumen investasi saham, Alvin menilai obligasi adalah instrumen yang menarik untuk investasi.

"Mungkin saat ini inflasi tinggi, karena kenaikan BBM naik. Tapi tahun depan, inflasi ini sudah terhapus sehingga sangat menguntungkan untuk investasi di obligasi," kata Alfin. Namun, Alvin tidak menyarankan investor berinvestasi di emas.

Sementara itu, Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute lebih transparan memberikan masukan untuk investasi. Ia menyarankan 40% komposisi investasi ada di bursa saham.

Meski pasar saham Indonesia saat ini kurang kondusif karena sedang ada di titik terendah, namun bagi Purbaya kondisi itu pantas dilirik investor. Sebab, katanya, sektor domestic masih kuat, seperti consumer goods, sektor semen, perumahan maupun perbankan.

"Perbankan masih menarik karena suku bunga naik, keuntungan makin besar. Suku bunga turun, untungnya pun tetap besar juga. Ini yang defensif dan aman," kata Purbaya. Untuk investor yang sedikit berani ambil risiko, bisa berinvestasi di beberapa saham tambang dengan fundamental yang bagus.

Maklum, kata Purbaya, saat ini saham tambang berada di titik terendah harga saham. Kondisi harganya yang turun itu bisa dimanfaatkan untuk masuk dan membeli saham sektor pertambangan.

Setelah saham, Purbaya menyarankan investasi di obligasi sebesar 30%, caranya bisa melalui reksadana. Menurut Purbaya, jika saat ini membeli obligasi, maka masih bisa mendapat keuntungan karena untuk jangka panjang, yield sudah tinggi.

"Kalau mau menunggu sedikit lagi, nanti di awal Agustus saat besaran inflasi keluar dan angkanya tinggi, maka harga obligasi jatuh dan bisa beli saat itu. Jangan takut-takut karena prospek ekonomi Indonesia bagus," terang Purbaya.

Selain itu, instrumen emas dapat dilirik untuk investasi dengan alokasi 20%. Investasi emas juga tergantung kondisi ekonomi. Jika kondisi ekonomi bagus, harga emas cenderung naik. Jika sebaliknya, maka harga emas pun turun. Karena demand emas akan terganggu, Purbaya, menyarankan investor koleksi emas sedari sekarang.

10% sisa dana investasi lainnya bisa digunakan untuk instrumen deposito. Dengan kenaikan suku bunganya yang tidak terlalu signifikan, instrumen ini menjadi yang terakhir dipilih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×