kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Investor Asing Mulai Melirik SUN Indonesia


Rabu, 02 Juli 2008 / 15:01 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Test Test

JAKARTA. Harga Surat Utang Negara (SUN) yang terpuruk justru membuat sejumlah inves­tor asing kepincut. Salah satu­nya adalah Aberdeen Asset Ma­ngement Plc. Kemarin (30/6), perusahaan pengelola investasi asal Skotlandia itu menyatakan berniat membeli obligasi dalam mata uang lokal di negara seper­ti Indonesia dan Thailand.

Aberdeen menilai, harga obli­gasi di dua negara ini sudah tu­run cukup dalam. Data Perhim­punan Pedagang Surat Utang Negara (Himdasun) mencatat, setelah sempat menyentuh pun­caknya pada 15 Januari lalu, harga SUN terus terpuruk. Senin (30/6) lalu, Indeks SUN hasil hitungan Himdasun berada di angka 80,450 atau rontok 19,61% dari posisi tertingginya tahun ini di angka 100,08.

Situasi ini mungkin masih akan berlanjut mengingat harga mentah telah melonjak melewa­ti US$ 143 per barel. Menurut Anthony Michael, Kepala Divisi Surat Utang Aberdeen Wilayah Asia, keadaan itu akan memak­sa pemerintah Indonesia dan Thailand menerbitkan surat utang dalam jumlah lebih besar lagi buat menambal defisit ang­garan akibat membengkaknya subsidi bahan bakar minyak.

"Kami akan membelinya. Kami memiliki kas yang besar," cetus Michael seperti dilansir Bloomberg, Senin (30/6).

Prediksi Michael ini mungkin bakal menjadi kenyataan. Se­bab, pada Agustus - Oktober nanti, pemerintah Indonesia berturut-turut akan menerbit­kan Surat Berharga Syariah Ne­gara (SBSN) senilai Rp 15 trili­un, Obligasi Ritel Indonesia (ORI) senilai Rp 13 triliun, dan obligasi syariah (sukuk) inter­nasional US$ 1 miliar.

Selain soal harganya yang murah, Aberdeen juga kepincut dengan imbal hasil (yield) SUN yang selangit. Menurut Michael, imbal hasil SUN Indonesia yang bertenor 10 tahun sudah menca­pai 13,3%. Padahal, pada akhir tahun lalu, yield obligasi seri ini baru mencapai 10%.

Faktor minyak dan bunga
Namun, menurutnya, perusa­haannya memilih tak membeli obligasi global (global bond) senilai US$ 2,2 miliar yang diter­bitkan Indonesia pada 17 Juni lalu. Alasannya, imbal hasil yang dipatok surat utang berdenomi­nasi dolar itu masih belum se­banding dengan risikonya.

Kepala Tersuri Bank BNI, Ro­sady T.A Montol berpendapat, harga SUN saat ini memang su­dah sangat rendah. Sayangnya, ia mengaku belum bisa mem­prediksi arah pergerakan harga SUN. Sebab, ia kesulitan mene­bak arah harga minyak.

Analis obligasi dari Danareksa Sekuritas Budi Susanto berbica­ra lebih tegas. Ia memprediksi, harga SUN masih akan tergerus karena, kemungkinan, Bank In­donesia (BI) akan kembali me­naikkan suku bunga acuannya (BI rate) hingga mencapai 9%. "Keputusan Aberdeen masuk ke pasar obligasi Indonesia saat ini adalah pilihan tepat," cetusnya.

Kepala Tresuri Bank NISP, Suriyanto Chang berpendapat serupa. Dia bilang, penurunan harga SUN sekarang sudah cu­kup memberikan banyak keun­tungan bagi investor asing.

Niat Aberdeen masuk ke SUN Indonesia ternyata memperoleh sambutan hangat dari pemerin­tah. Menurut Bhimantara Wi­dyajala, Direktur Surat Berharga Negara Departemen Keuangan, masuknya fund manager yang mengelola dana hingga US$ 215,7 miliar itu akan membuat porsi investor asing di SUN kian gemuk. Hingga 27 Juni lalu, jum­lah dana asing di SUN sudah mencapai Rp 94 triliun atau 18% dari total SUN yang beredar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×