Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Sedangkan untuk pembiayaan roda empat, MPMX masih berfokus pada mobil bekas dibandingkan mobil baru. Saldo pemesanan baru untuk mobil baru vs mobil bekas adalah 23% berbanding 77%. Strategi lainnya adalah sinergi grup atau kolaborasi MPM Group, yang meliputi MPM Insurance, MPM Mulia, MSO dan AUKSI.
Di samping strategi untuk segmen bisnis eksisting, MPMX juga ingin melirik portofolio baru. Anak usaha PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) ini berencana untuk ikut melengkapi end-to-end ekosistem kendaraan listrik di Saratoga Group.
MPMX akan menjajaki peluang di bisnis hilir, termasuk prinsipal mobil listrik, infrastruktur pengisian daya, dan daur ulang baterai. Namun, Natalis menegaskan bahwa rincian spesifik mengenai investasi ini belum dapat diungkapkan saat ini, karena masih dalam tahap awal proses uji tuntas (due-diligence).
Guna menopang strategi bisnisnya di tahun ini, MPMX mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar Rp 50 miliar - Rp 75 miliar. Capex tersebut akan digunakan untuk pengembangan sistem digitalisasi di gudang-gudang MPMDistributor (sistem robotic), dan digunakan untuk renovasi rutin gedung-gedung diler MPMMotor.
Natalia mengingatkan, sejak MPMRent tidak lagi dikonsolidasikan dengan MPMX, anggaran belanja pun menjadi lebih kecil. Secara terpisah, untuk bisnis rental MPMRent, kebutuhan capex berkisar di Rp 600 miliar yang seluruhnya disiapkan oleh mitra MPMX, yakni Carro.
Dengan berbagai strategi tersebut, MPMX optimistis tahun ini bisa mengejar pertumbuhan pendapatan sekitar 5%. Sayangnya, Natalia belum mengungkap target laba bersih MPMX. Dia hanya memberikan gambaran, secara historis marjin laba bersih MPMX berkisar antar 3%-4% dari total pendapatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News