kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intip strategi Bos Sour Sally Group mengelola portofolio investasi


Sabtu, 12 Juni 2021 / 12:40 WIB
Intip strategi Bos Sour Sally Group mengelola portofolio investasi


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkenalan CEO Sour Sally Group, Donny Pramono Ie, dengan investasi bermula sejak ia terjun di dunia usaha sekitar tahun 2008. Saat itu Donny tengah merintis bisnis pertamanya, frozen yogurt Sour Sally. 

Mula-mula Donny berinvestasi untuk keperluan pengembangan bisnisnya. Perlahan tetapi pasti ia mulai menjajal berinvestasi ke properti walaupun nilainya belum besar. Hingga akhirnya, sekitar tahun 2015 Donny mulai masuk ke investasi saham. 

"Waktu itu saya masih tidak terlalu mengerti. Mengikuti saja, go with the flow," kata Donny kepada Kontan.co.id belum lama ini. Donny juga mengaku, awal berinvestasi di saham untuk coba-coba saja, mengikuti teman-temannya.

Masih teringat betul, minimnya pemahaman pada saat itu menuntunnya mengoleksi saham-saham di waktu yang kurang tepat. Ia membeli saham-saham blue chips ketika harganya hampir menyentuh puncak. Akibatnya, portofolio saham yang dimiliki sempat melorot sekitar 50%.

Baca Juga: Pasangan ini pensiun di usia 30-an, ini strategi mereka supaya keuangan tetap lancar

Walau begitu, Donny tetap tidak melepasnya. "Rugi itu tidak akan menjadi rugi kalau kita tidak lepas. Kalau kita pegang terus eventually akan naik lagi. Apalagi kalau perusahaannya bagus," kenangnya. 

Perasaan was-was tentu tidak terhindarkan, akan tetapi Donny tidak terlalu mengkhawatirkannya, mengingat ia selalu menggunakan uang dingin dalam berinvestasi. Kesabaran Donny berbuah manis, perlahan tapi pasti harga saham-saham itu kembali meningkat. 

Pengalaman pertama berinvestasi saham itu menjadi pembelajaran berharga hingga saat ini. Oleh karenanya, ia tidak mau ketinggalan momentum ketika kasus Covid-19 pertama diumumkan di Indonesia pada Maret tahun lalu. Dengan pemahaman dan pengalaman yang lebih mumpuni, Donny banyak masuk di saham-saham blue chips saat itu. Ia menyadari, saham di bursa mayoritas sedang tertekan sehingga harganya menjadi murah. 

Baca Juga: Jakarta Islamic Index (JII) turun 10,14% ytd, kenapa?

Hingga saat ini, Donny masih menggenggam beberapa saham blue chips yang terbagi ke dalam berbagai sektor. Untuk pilihannya, Donny mempertimbangkan sektor-sektor yang memiliki potensi berkembang dalam jangka panjang. Dalam berinvestasi saham, Donny memang cenderung menyukai strategi jangka panjang. 

Sektor-sektor favoritnya saat ini adalah saham perbankan, saham otomotif, dan saham infrastruktur. Adapun saham-saham yang dipilihnya hampir seluruhnya blue chips. Misalnya saja, untuk perbankan dia mengoleksi BBCA dan BMRI. Sementara untuk saham otomotif,  pilihannya jatuh kepada ASII. Untuk saham infrastruktur, ia memiliki saham WIKA dan PTPP

Blue chips menjadi favoritnya karena emiten-emiten itu merupakan tulang punggung ekonomi negara. Apalagi, Indonesia memiliki potensi ekonomi yang baik ke depan. Di sisi lain, berkaca secara historis, blue chips memiliki risiko penurunan yang minim dibandingkan saham-saham lain. 

Mengingat pergerakan bursa saham saat ini mulai pulih dibanding tahun lalu, Donny mulai mengerem berinvestasi di saham. Untuk saat ini ia cenderung tertarik berinvestasi ke perusahaan-perusahaan berbasis teknologi. Donny memproyeksikan, ke depan berbagai negara  di dunia masih memerlukan waktu untuk mencari bentuk baru dalam berbagai hal setelah dihantam pandemi Covid-19. Sepengamatannya perusahaan-perusahaan berbasis teknologi akan dibutuhkan dalam kondisi tersebut. 

Baca Juga: Lima Kesalahan yang Sering Dilakukan Investor Pemula

Don't put all eggs in one basket

Donny membagi investasi menjadi tiga hal yakni investasi ke bisnisnya, investasi pengetahuan untuk pengembangan diri, dan investasi dalam bentuk produk investasi.

Untuk produk investasi, Donny menerapkan strategi don't put all eggs in one basket. Oleh karenanya, Donny berupaya untuk melakukan diversifikasi produk.  Saat ini, ia tidak hanya berinvestasi di saham, tetapi juga berinvestasi ke enam jenis produk lain.

Beberapa produk investasi yang dimilikinya adalah investasi yang memiliki fixed rate income, seperti obligasi korporasi dan obligasi negara serta deposito. 

Donny juga berinvestasi di produk-produk yang mendatangkan capital gain, seperti mendanai project equity, project venture capital, ataupun investasi di perusahaan rintisan atau startup. Untuk jenis yang ini, Donny memiliki perusahaan investasi sendiri bernama Selera Kapital. Perusahaan ini memiliki fokus menggarap pendanaan untuk perusahaan-perusahaan startup sektor food and beverage (F&B). 

Baca Juga: Masuk ke bank digital, Warren Buffett gelontorkan investasi US$ 500 juta

Portofolio lain yang dimilikinya adalah berinvestasi menggunakan leverage atau leverage investment seperti properti. Menurutnya, saat ini banyak pilihan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang murah dengan beragam program cicilan developer. Untuk portofolio ini, secara disiplin ia menjaga likuiditas agar tidak menggantungkan cicilan properti hanya dari salah satu income. 

Donny juga berinvestasi di produk-produk lifestyle seperti jam tangan dan supercar. Selain menghidupi hobinya, investasi produk lifestyle membantu Donny untuk membentuk jaringan dengan berkomunitas dengan mereka yang memiliki hobi serupa. 

Tidak ketinggalan, Donny juga beinvestasi di mata uang kripto yang sedang ramai belakangan ini. Ia juga tengah asyik menjajal berinvestasi hedge fund di perusahaan yang berbasis di Singapura. 

Dony mengaku komposisi portofolio yang dimilikinya berubah-ubah tergantung  pada peluang cuan yang ditawarkan oleh masing-masing produk. Adapun untuk saat ini, saham mengambil bagian sebesar 20% hingga 25% dari total dana yang digelontorkan untuk berbagai produk  investasi di atas. 

Baca Juga: Hasil investasi asuransi jiwa melonjak 105,1% pada awal tahun ini

Belajar analisis teknikal selama pandemi

Banyak kegemaran Donny tidak bisa dilakukan selama pandemi Covid-19. Anjuran dari pemerintah untuk menghindari kerumunan selama pandemi, membuatnya tidak bisa berkumpul dengan teman-teman di komunitas mobil. Donny juga tidak bisa nobar (nonton bareng) pertandingan bola. 

Oleh karena itu, Donny cenderung menghabiskan waktu sendiri dan mempelajari lagi analisis  teknikal, khususnya untuk mata uang kripto dan saham. Ketertarikan ini muncul setelah mengamati teman-temannya yang kebanyakan mulai fokus melakukan trading dan mendulang cuan. 

Setelah mengulik pergerakan terknikal lebih dalam, Donny semakin yakin bahwa melalui analisa teknikal semua pergerakan bisa diprediksi. "Menarik sih kalau bisa melatih feeling-nya, saya juga masih belajar-belajar ini," imbuhnya. 

Baca Juga: Bobot indeks saham big caps dengan free float kecil akan berkurang

Dalam berinvestasi, Donny sebenarnya memiliki prinsip terbuka terhadap hal-hal baru. Tentu saja dengan memperhatikan profil risk masing-masing produk dan menggunakan uang dingin dalam investasi. "Prinsip saya selalu membuka opportunity, saya selalu mau belajar," imbuhnya.  

Keinginan menjajal produk investasi ini berangkat dari kesadaran bahwa iklim investasi di Indonesia tergolong baru dibanding iklim investasi di luar negeri. Sehingga, kerap kali suatu produk yang sudah umum di luar negeri masih dianggap baru dan jarang diminati oleh masyarakat Indonesia.

Lain cerita ketika ia berinvestasi dalam bisnis. Menurut Donny, untuk investasi yang satu ini seseorang perlu fokus dan memahami betul seluk beluk bisnis yang akan dijalani. Oleh karenanya, hingga saat ini Donny hanya menggarap bisnis yang berkaitan dengan F&B melalui Sour Sally Group.

Baca Juga: Matang di pasar saham, begini strategi berinvestasi ala Ridwan Zachrie

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×