Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) turut menghadapi gejolak inflasi. Ekspansi pembukaan gerai yang masif dapat menopang bisnis di tengah kekalutan di tahun 2023.
Analis NH Korindo Sekuritas Cindy Alicia Ramadhania dalam riset 21 Desember 2022 mencermati bahwa ERAA mendorong penjualannya melalui strategi promosi melalui berbagai kanal, baik online maupun offline. ERAA memberikan program diskon, bundling, dan produk baru. ERAA juga telah membuka 153 gerai sampai kuartal ketiga 2022.
Hasilnya, pendapatan ERAA dalam periode Januari-September 2022 berhasil tumbuh 12,1% secara year on year (YoY) menjadi Rp 34,9 triliun. Sedangkan, selama kuartal ketiga 2022, pendapatan ERAA turun 3,2% secara kuartalan Rp 11,5 triliun, tapi masih tumbuh 17,4% YoY.
Hanya saja, laba bersih ERAA terpantau turun 5,4% YoY menjadi Rp 680,3 miliar sampai kuartal ketiga 2022. Secara kuartalan, laba bersih di kuartal ketiga 2022 juga turun 18,7% menjadi Rp 173 miliar.
Baca Juga: Getol Ekspansi, Emiten Restoran dan Gerai F&B Bersiap Mencicipi Cuan di 2023
Dalam periode Januari-September 2022, volume penjualan ERAA turun 16,3% YoY menjadi 7,0 juta unit dibandingkan 8,4 juta unit di periode yang sama tahun lalu. Sedangkan, harga jual rata-rata atawa average selling price (ASP) naik 32,0% YoY menjadi Rp 3,9 juta per September 2022.
Cindy menyoroti margin laba kotor alias gross profit margin (GPM) Erajaya lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Per kuartal ketiga 2022, GPM untuk segmen Aksesoris tercatat hanya sebesar 15,7% dibandingkan 26,3% pada periode sama tahun lalu.
Kemudian diikuti GPM oleh segmen Komputer dan Peralatan Elektronik lainnya, Segmen Mobile Phone dan Tablet, dan Voucher masing-masing sebesar 7,6%, 5,0%, dan 2,4% . Di periode Januari-September 2021, GPM masing-masing segmen itu sekitar 9,6%, 8,9%, dan 3,0%.
Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim tak memungkiri bahwa kondisi suku bunga tinggi dan adanya potensi resesi bisa menekan emiten ritel seperti Erajaya. Inflasi saat ini dapat memberikan volatilitas terhadap perekonomian dan daya beli masyarakat.
Namun, ekspansi pembukaan gerai yang cukup masif dianggap wajar. Gross Profit Margin (GPM) Erajaya sampai kuartal ketiga 2022 masih stabil di kisaran 10,2%.
"Sehingga, dengan adanya ekspansi gerai masih dapat menopang pertumbuhan ERAA di tengah tantangan ekonomi global," ungkap Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (9/1).
Baca Juga: Erajaya Ekspansi ke Bisnis Penjualan Elektronik Melalui Erablue, Sudah Ada Lima Gerai
Untuk saat ini, gangguan rantai produksi iPhone 14 menjadi perhatian utama bagi ERAA. Produksi iPhone 14 bakal turun dari estimasi awal sehingga dapat memberikan efek ke performa ERAA untuk segmen Apple reseller.
Namun, Lukman menambahkan, ERAA memiliki segmen bisnis yang begitu luas, serta ekspansi dengan pembukaan gerai baru yang cukup agresif dapat memberikan pertumbuhan ERAA di tengah turunnya penjualan iPhone.
Selain itu peraturan IMEI dapat memberikan pertumbuhan yang stabil untuk penjualan telepon selular dan tablet. Peraturan IMEI bisa menangkal maraknya peredaran ponsel ilegal.
"Adanya penurunan produksi iPhone akan mempengaruhi kinerja ERAA, namun pertumbuhan ERAA masih akan ditopang oleh pertumbuhan gerai baru yang signifikan," kata Lukman.
Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael dalam riset 7 November 2022 mengatakan bahwa loyalitas konsumen ERAA kini tengah diiuji terutama pelanggan iPhone 14. Pasalnya, minat pelanggan terhadap ponsel andalan baru relatif lemah dibandingkan dengan versi sebelumnya, iPhone 13.
Dalam lawatannya ke beberapa toko iBox terbesar di Jakarta, Mikael menemukan bahwa permintaan untuk iPhone 14 relatif lemah dibandingkan dengan iPhone 13.
Baca Juga: Emiten Restoran dan Gerai F&B Diproyeksi Raup Cuan Gede Tahun Ini
Hanya minat gerai Erajaya di Senayan City tertinggi untuk iPhone baru. Itu pun karena acara peluncuran tengah malam yang memungkinkan pelanggan untuk memegang telepon sebelum tersedia secara nasional pada hari berikutnya. Toko lain umumnya menunjukkan permintaan yang datar.
Mikael berujar, iPhone 14 Pro & Pro Max menjadi tipe paling disukai dan juga merupakan seri termahal. Berdasarkan ulasan dari gerai ERAA yang menjual Iphone, penurunan minat tersebut dikarenakan kesadaran pelanggan akan kurangnya inovasi dan fitur baru dibandingkan versi sebelumnya.
"Satu toko khususnya mengalami permintaan yang sangat rendah untuk iPhone 14 seri biasa. Namun berhasil menjual semua iPhone 14 Pro dan Pro Max, terjual habis untuk setiap jenis warna dan memori," ungkap Mikael dalam risetnya.
Berdasarkan analisis Sucor Sekuritas, setiap penurunan pendapatan iPhone sebesar 5% akan mengurangi pendapatan ERAA sebesar 2%. Uji sensitivitas menemukan bahwa setiap 5% penurunan ataupun peningkatan pendapatan dari iPhone akan berdampak pada laba bersih ERAA tahun 2022 sebesar 2,0%.
Dengan demikian, Mikael memperkirakan laba bersih ERAA bakal turun 9% di tahun 2022 menjadi Rp 922 miliar karena dampak kekurangan chip dan Operational Expenditure (opex) yang lebih tinggi dari ekspansi toko yang agresif.
Baca Juga: Emiten Ritel Genjot Promosi Sambut Nataru 2022, Saham-Saham Ini Layak Dicermati
Namun, laba bersih ERAA diprediksi akan kembali pulih di tahun 2023 menjadi Rp 1,06 triliun atau naik 15% yoy dari proyeksi tahun 2022. Hal itu setelah peningkatan penjualan di toko baru dan ekspektasi akan ada peningkatan pasokan chip di tahun 2023.
"Kami yakin pasar smartphone masih memiliki ruang untuk tumbuh dalam jangka menengah, dan rencana untuk meningkatkan pangsa pasar dapat meningkatkan margin ERAA," imbuh Mikael.
Kendati demikian, Cindy tetap mengingatkan risiko yang bakal menimpa emiten ritel seperti ERAA. Diantaranya daya beli konsumen yang kurang optimal, antusiasme yang rendah terhadap peluncuran produk baru, perubahan kebiasaan belanja konsumen, dan depresiasi mata uang rupiah.
Cindy merekomendasikan Buy saham ERAA dengan target harga Rp 500 per saham. Mikael mempertahankan rating buy dengan target harga Rp 640 per saham. Sementara, Lukman menyarankan buy saham ERAA dengan target harga lebih rendah sebesar Rp 434 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News