Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa saham emiten milik konglomerat ikut terkapar di tengah tekanan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Misalnya, saham milik taipan Prajogo Pangestu.
Pada akhir perdagangan Jumat (7/2), semua saham perusahaan miliki pendiri Grup Barito ini tersungkur di zona merah. Saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) turun 10,44% ke level Rp 815.
Saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) terkoreksi 19,44% menuju Rp 6.525. Lalu saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) anjlok 19,94% ke harga Rp 7.025.
Saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) melemah 19,96%. Terakhir ada saham PT Petrosea Tbk (PTRO) yang terkoreksi paling dalam, yakni 24,61% menuju Rp 2.880.
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan bilang tekanan pada saham-saham milik Prajogo Pangestu merupakan respons atas pengumuman Morgan Stanley Capital International (MSCI).
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Pilihan saat Inflasi Rendah dan Volatilitas Rupiah
Di mana, MSCI menyatakan tidak akan memasukkan saham BREN, CUAN dan PTRO dalam rebalancing indeks Februari 2025 karena potensi waspada investasi.
“Padahal saham seperti BREN atau PTRO karena harapan pelaku pasar keduanya masuk MSCI dan ternyata tidak sesuai ekspektasi,” jelasnya kepada Kontan akhir pekan lalu.
Saham emiten milik Sugianto Kusuma atau yang lebih dikenal Aguan ini juga ikut terperosok. Saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) turun 2,85% ke Rp 11.075 pada Jumat (7/2).
Anak usaha PANI, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini juga ikut melemah 1,30% ke posisi Rp 7.600.
Sejumlah saham perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo juga ikut tertekan. Salah satunya, saham PT MNC Land Tbk (KPIG) yang terkoreksi 3,94% ke level Rp 122.
Berbeda dengan saham-saham milik Prajogo Pangestu, saham emiten punya Aguan dan Hary Tanoe tengah mendapatkan sentimen negatif dari kebijakan pemerintah.
Terbaru, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lido yang dikelola oleh KPIG disegel oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada 6 Februari 2025.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham dan Proyeksi IHSG untuk Perdagangan Hari Ini (10/2)
Perusahaan properti milik Aguan juga tersandung kasus pemasangan pasar laut di Tangerang. Ini bukan pertama kalinya, PANI juga mendapat tekanan dari pemerintah.
Pemerintah tengah mengkaji ulang status Proyek Strategis Nasional (PNS). Mencuat kabar status PSN di kawasan PIK 2 tersebut berpotensi dicabut.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila mengatakan kebijakan yang diambil pemerintah baru ini tentu menjadi salah satu katalis penggerak saham.
“Karena kebijakan ini dikhawatirkan akan memberikan sentimen negatif terhadap pengembangan proyek-proyek emiten yang bersangkutan,” katanya kepada Kontan, Minggu (9/2).
Indy menyarankan investor harus terus mencermati perkembangan dari kebijakan pemerintah ini karena bisa sangat mempengaruhi prospek bisnis emiten dalam waktu singkat.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan intervensi pemerintah dalam suatu proyek milik emiten, memang menyebabkan sebuah gejolak pada harga sahamnya.
“Memang menyebabkan suatu gejolak, yang pada akhirnya menimbulkan panic selling effect terhadap saham emiten yang bersangkutan,” ucap dia.
Nafan sendiri menyarankan investor lebih baik wait and see terhadap saham-saham emiten konglomerat yang proyeknya sedang mendapatkan intervensi dari pemerintah. Sebab, harga sahamnya akan bergerak volatile.
Namun masih ada saham-saham emiten konglomerat lainnya yang bisa dicermati. Misalnya, saham emiten Grup Salim yang bergerak di bidang konsumer.
Nafan merekomendasikan akumulasi beli pada saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan masing-masing target harga Rp 11.850 dan Rp 7.825.
“Grup Indofood baik ICBP dan INDF memiliki fundamental yang baik dan termasuk dalam sektor defensif. Secara pergerakan harganya pun dalam tren penguatan,” ucapnya.
Nafan saham juga merekomendasikan emiten yang terafiliasi dengan Boy Thohir, seperti PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO).
Dia merekomendasikan akumulasi beli ADRO dengan target harga terdekat di Rp 2.380. Sementara untuk AADI, Nafan merekomendasikan Buy on Weakness dengan target harga di Rp 8.700.
Indy menilai saham ADRO masih menarik dicermati karena punya valuasi yang masih tergolong murah dengan Price Earning Ratio (PER) 2,92 kali dan Price Book Value (PBV) 0,57 kali.
Selain itu, Indy menyebut saham Grup Astra juga masih menarik dicermati. Yakni, PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO).
Selanjutnya: Banyak yang Blue Chip, Saatnya Pilih Saham Bank Murah, Tren Harga Turun
Menarik Dibaca: Promo PHD Hari Pizza Sedunia 9-10 Februari 2025, Diskon Hingga 50%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News