Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fluktuasi nilai tukar rupiah berpotensi berdampak pada inflasi Indonesia. Meskipun inflasi saat ini tergolong rendah, pelemahan rupiah berpotensi menekan harga barang yang bergantung pada impor.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan (year on year/yoy) pada Januari 2025 hanya sebesar 0,76%. Namun, depresiasi rupiah membuat efek tersebut dianggap menjadi percuma, karena harga barang tetap tinggi.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan, secara teori inflasi yang rendah seharusnya menjadi faktor positif bagi daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi.
Namun, pelemahan rupiah dapat mengurangi dampak positif tersebut karena menyebabkan kenaikan biaya impor, terutama bagi barang-barang yang bergantung pada bahan baku dari luar negeri.
Akibatnya, meskipun inflasi tampak terkendali, tekanan dari depresiasi rupiah tetap bisa menggerus daya beli secara tidak langsung, terutama pada sektor-sektor yang banyak menggunakan bahan impor.
Selain itu, pelemahan rupiah juga meningkatkan beban pembayaran utang dalam dolar Amerika Serikat (AS) bagi perusahaan yang memiliki pinjaman dalam mata uang asing.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham dan Proyeksi IHSG untuk Perdagangan Hari Ini (10/2)
"Dalam kondisi seperti ini, sektor yang paling unggul adalah sektor yang tidak terlalu bergantung pada impor dan justru diuntungkan dari pelemahan rupiah," kata Ekky kepada Kontan, Jumat (7/2) lalu.
Ekky bilang, sektor komoditas seperti batubara dan minyak menjadi pilihan menarik karena sebagian besar produknya diekspor dalam dolar AS, sehingga pelemahan rupiah justru memberikan keuntungan tambahan bagi emiten di sektor ini.
Sementara itu, Analis Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo melihat rendahnya inflasi saat ini disebabkan daya beli yang melemah akibat adanya kenaikan harga akibat fluktuasi nilai tukar.
Pada kondisi saat ini, investor atau pelaku pasar bisa memperhatikan sektor yang bisa dipengaruhi oleh momentum hari besar seperti sektor consumer, sektor poultry, sektor ritel karena mendekati Ramadan dan Lebaran bisa meningkatkan aktivitas ekonomi.
"Terlebih pada sektor poultry yang mana bisa menyebabkan kenaikan pada harga unggas," ujar Azis kepada Kontan, Jumat (7/2).
Selain itu, adanya ketidakpastian domestik dan global, investor bisa memperhatikan saham-saham yang memang sedang dalam aksi korporasi, seperti mendekati bulan Maret adanya pembagian dividen yang mana berpotensi menaikkan harga sahamnya.
"Tetap perhatikan bagaimana sentimen yang ada baik dari global maupun domestik yang bisa mempengaruhi pergerakan market," ucap Azis.
Azis merekomendasikan untuk mencermati PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) di target harga Rp 2.300 per saham.
Selanjutnya: Insentif Bukan Solusi Atasi Masalah Loyo Daya Beli
Menarik Dibaca: Promo Sirup Marjan-ABC Diskon s/d 40% di Indomaret, Berlaku sampai 12 Februari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News