kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

INTA masuk bisnis alat berat untuk infrastruktur


Rabu, 23 Januari 2013 / 11:13 WIB
INTA masuk bisnis alat berat untuk infrastruktur
ILUSTRASI. Keramik motif bunga dapat mempercantik penampilan kamar mandi. Foto:?Instagram @lollyjaneblog


Reporter: Issa Almawadi |

JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk (INTA) memasuki pasar alat berat agribisnis dan infrastruktur di tahun ini. Diversifikasi usaha ini dilakukan INTA melalui dua anak usaha yakni PT Intraco Penta Prima Service dan PT Intraco Penta Wahana.

"Kami lihat adanya peluang di sektor-sektor tersebut. Untuk itu kami masuk ke sana," ungkap Investor Relation INTA Imam Lyanto di Jakarta, Rabu (23/1). Salah satu sektor yang akan dimasukinya adalah alat berat untuk Dindustri semen, terutama semen mixer

Direktur Keuangan INTA Fred Lopez Manibog menjelaskan, sejauh ini pihaknya lebih banyak bermain di sektor pertambangan. "Tahun 2011 hampir 85% ke industri pertambangan, baik itu batubara maupun mineral. Tahun berikutnya akan diturunkan seiring diversifikasi pangsa pasar," jelas Fred.

Fred memperkirakan, alokasi penjualan alat berat ke sektor pertambangan tahun ini akan berada di bawah 70%. Kemudian sisainya akan dijual ke sektor agribisnis dan infrastruktur.

Dengan target pertumbuhan penjualan alat berat 15%-20% di tahun ini, kontribusi dari sektor agribisnis dan infrastruktur bisa mencapai 10% di tahun pertama. "Secara full year tahun lalu, penjualan alat berat diperkirakan bisa mencapai di atas 1.200 unit," ucap Fred.

Informasi saja, hingga kuartal III-2012, penjualan alat berat INTA mencapai 1.028 unit, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 1.163 unit. Pada periode 9 bulan tahun lalu itu, pendapatan INTA mencapai Rp 2,071 triliun, naik tipis dari Rp 2,069 triliun di periode yang sama.

Namun, laba bersih INTA merosot 53,45% menjadi Rp 31,7 miliar, dari Rp 68,1 miliar setahun lalu. "Itu dikarenakan ada depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Jadi secara kas, sebenarnya tidak turun," ungkap Fred.

Tahun ini, Fred juga memperkirakan pendapatan bisa tumbuh 15%-20%, dengan laba bersih bisa berada di atas pencapaian tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×