CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.517.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Prospek emiten alat berat meredup


Rabu, 12 September 2012 / 08:07 WIB
Prospek emiten alat berat meredup
ILUSTRASI. Penyebab nyeri perut bagian bawah perlu Anda ketahui agar perawatan yang tepat bisa Anda dapat. (Tribun Jateng/ Hermawan Handaka)


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Koreksi harga batubara menekan pasar alat berat nasional. Permintaan alat berat dari produsen batubara menurun dalam beberapa bulan terakhir seiring tidak bergairahnya pasar batubara global.

Martio, Direktur Keuangan PT Kobexindo Tractors Tbk, mengakui dampak negatif itu. Hingga Juni 2012, penjualan alat berat sejatinya masih 586 unit, naik 40,19% year-on-year (yoy). Namun, Kobexindo memandang permintaan alat berat mulai tertekan seiring meluruhnya harga batubara dunia. "Kami mengakui ada dampaknya terhadap permintaan. Kita lihat saja nanti penjualan hingga kuartal III karena data per Agustus belum bisa kami informasikan," ujar Martio kepada KONTAN, Selasa (11/9).

Toh, Kobexindo memutuskan memangkas target penjualan alat berat di 2012. Awalnya, emiten berkode saham KOBX itu, optimistis menjual 1.300 unit alat berat. Belakangan, Kobexindo hanya menargetkan penjualan 2012 sebanyak 1.100 unit.

Hantaman paling kencang menimpa PT United Tractors Tbk. Selama Juli 2012, emiten berkode saham UNTR ini hanya mampu menjual 402 unit alat berat. Itu rekor penjualan alat berat terendah, setidaknya dalam setahun terakhir. Tren penurunan penjualan alat berat sudah terjadi sejak Juni 2012. Kala itu, penjualan alat berat UNTR tercatat 502 unit, turun 35,06% dibandingkan Mei 2012 sebanyak 773 unit.

Kondisi tersebut langsung berimbas pada kinerja penjualan alat berat secara periodikal. Pada Januari-Juli 2012, penjualan alat berat United Tractors menyusut 8,46% yoy menjadi 4.633 unit.

Analis Danareka Sekuritas, Gabriella Maureen Natasha, menilai, United Tractors menjadi emiten yang paling tertekan. Pasalnya, sekitar 60% penjualan alat berat UNTR diserap sektor pertambangan batubara. Imbasnya, penjualan United Tractors terus turun seiring melorotnya permintaan dari sektor tambang.

Kondisi berbeda dialami emiten lain seperti PT Hexindo Adiperkasa Tbk. Pada periode April-Juni 2012, Hexindo masih bisa menjual 846 unit alat berat atau tumbuh 66% yoy. "Hexindo lebih beragam pasarnya hingga efek slowdown sektor batubara tidak terlalu tampak," tutur Gabriella.

Hal sama dirasakan PT Intraco Penta Tbk. Per 30 Juni 2012, Intraco masih meraup penjualan alat berat senilai Rp 1,44 triliun, tumbuh 28,25% yoy. Kendati demikian, emiten alat berat tak tinggal diam dengan kondisi negatif seperti ini. Kobexindo, misalnya, giat memperluas jangkauan pasarnya untuk terus meningkatkan penjualan.

Pada Senin (10/9) lalu, Kobexindo baru menyelesaikan pembangunan cabang penjualan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pembangunan cabang senilai Rp 17 miliar ini bertujuan meningkatkan penjualan di Kalsel. "Banjarmasin menjadi pusat kegiatan tambang hingga kami harus memperkuat jangkauan di sana," tutur Martio.

Kobexindo kini memiliki 11 cabang di beberapa kota besar. Ekspansi itu diharapkan mengerek penjualan Kobexindo di tahun ini hingga mencapai Rp 1,61 triliun, tumbuh 44% yoy.

United Tractors juga berusaha menyiasati kondisi buruk ini dengan meluncurkan program promosi. Maklum, UNTR harus menghadapi persaingan lebih ketat terutama alat berat segmen kecil yaitu berkapasitas 20 ton.

Kondisi berbeda di setiap emiten berimplikasi ke rekomendasi sahamnya. Analis Bahana Securities Leonardo Henry Gavaza merekomendasikan investor mengurangi (reduce) saham UNTR dengan target Rp 18.500.

Untuk HEXA, Gabriella masih merekomendasikan beli di target Rp 11.000. Sedang Reza Priyambada, Kepala Riset Indosurya Asset Management, merekomendasikan trading buy untuk INTA dan KOBX dengan target masing-masing Rp 700 dan Rp 630.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU

[X]
×