kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.409.000   5.000   0,21%
  • USD/IDR 16.717   24,00   0,14%
  • IDX 8.711   77,93   0,90%
  • KOMPAS100 1.194   10,49   0,89%
  • LQ45 855   7,80   0,92%
  • ISSI 311   3,27   1,06%
  • IDX30 442   1,95   0,44%
  • IDXHIDIV20 513   -0,14   -0,03%
  • IDX80 133   1,33   1,01%
  • IDXV30 141   0,50   0,36%
  • IDXQ30 141   0,33   0,23%

Proyeksi pendapatan INTA naik 15%-25%


Rabu, 12 Desember 2012 / 06:48 WIB
Proyeksi pendapatan INTA naik 15%-25%
ILUSTRASI. Energi Mega Persada Foto:Dok.Energi Mega Persada


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Harga batubara yang cenderung menurun tak menyurutkan optimisme PT Intraco Penta Tbk (INTA) di tahun depan. Perusahaan ini menargetkan bisa membukukan kenaikan pendapatan 15% hingga 25% di 2013.

Namun, manajemen INTA justru melihat, pendapatan di tahun ini tak jauh beda dengan tahun 2011. Pendapatan INTA di tahun lalu mencapai Rp 3 triliun. Manajemen menargetkan, pendapatan INTA bisa mencapai Rp 3,45 triliun sampai Rp 3,75 triliun di tahun depan.

Proyeksi pendapatan ini sejalan dengan penjualan alat berat INTA. Proyeksi penjualan alat berat INTA hingga akhir Desember 2012, mencapai 1.100 unit. Jumlah tersebut bisa bertambah menjadi 1.265-1.375 unit di tahun depan.

Petrus Halim, Presiden Direktur INTA mengatakan, INTA tak hanya menjual alat berat pertambangan, namun kontribusi sektor tersebut lumayan tinggi. "Enam bulan lalu, kontribusi alat berat sektor pertambangan itu mencapai 80%," ujar dia, pekan lalu.

Kondisi industri pertambangan yang memburuk masih akan berdampak di tahun depan. Petrus memproyeksi, kontribusi sektor pertambangan akan menyusut menjadi sekitar 50%. Sedangkan sektor perkebunan menyumbang 30% dan sektor konstruksi sebanyak 20%.

Meski penjualan alat berat di sektor perkebunan dan kontruksi stabil, Petrus bilang, hasil penjualan dari kedua sektor tersebut tidak bisa menggantikan penjualan dari sektor tambang. Pasalnya, harga alat berat untuk pertambangan lebih mahal.

Untuk proyeksi laba bersih tahun depan, Petrus bilang, INTA masih menghitungnya. "Yang jelas, tahun ini diperkirakan turun," kata dia. Sebab, emiten harus menanggung sejumlah faktor seperti beban usaha dan kurs.

Selain itu, ongkos produksi tahun depan akan meningkat, seiring dengan kenaikan upah minimum provinsi (UMP). Oleh karena itu, tahun depan, INTA akan melakukan efisiensi. Harga saham INTA, Selasa (11/12) ditutup tak bergerak dari hari sebelumnya di Rp 460 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×