kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Proyeksi pendapatan INTA naik 15%-25%


Rabu, 12 Desember 2012 / 06:48 WIB
Proyeksi pendapatan INTA naik 15%-25%
ILUSTRASI. Energi Mega Persada Foto:Dok.Energi Mega Persada


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Harga batubara yang cenderung menurun tak menyurutkan optimisme PT Intraco Penta Tbk (INTA) di tahun depan. Perusahaan ini menargetkan bisa membukukan kenaikan pendapatan 15% hingga 25% di 2013.

Namun, manajemen INTA justru melihat, pendapatan di tahun ini tak jauh beda dengan tahun 2011. Pendapatan INTA di tahun lalu mencapai Rp 3 triliun. Manajemen menargetkan, pendapatan INTA bisa mencapai Rp 3,45 triliun sampai Rp 3,75 triliun di tahun depan.

Proyeksi pendapatan ini sejalan dengan penjualan alat berat INTA. Proyeksi penjualan alat berat INTA hingga akhir Desember 2012, mencapai 1.100 unit. Jumlah tersebut bisa bertambah menjadi 1.265-1.375 unit di tahun depan.

Petrus Halim, Presiden Direktur INTA mengatakan, INTA tak hanya menjual alat berat pertambangan, namun kontribusi sektor tersebut lumayan tinggi. "Enam bulan lalu, kontribusi alat berat sektor pertambangan itu mencapai 80%," ujar dia, pekan lalu.

Kondisi industri pertambangan yang memburuk masih akan berdampak di tahun depan. Petrus memproyeksi, kontribusi sektor pertambangan akan menyusut menjadi sekitar 50%. Sedangkan sektor perkebunan menyumbang 30% dan sektor konstruksi sebanyak 20%.

Meski penjualan alat berat di sektor perkebunan dan kontruksi stabil, Petrus bilang, hasil penjualan dari kedua sektor tersebut tidak bisa menggantikan penjualan dari sektor tambang. Pasalnya, harga alat berat untuk pertambangan lebih mahal.

Untuk proyeksi laba bersih tahun depan, Petrus bilang, INTA masih menghitungnya. "Yang jelas, tahun ini diperkirakan turun," kata dia. Sebab, emiten harus menanggung sejumlah faktor seperti beban usaha dan kurs.

Selain itu, ongkos produksi tahun depan akan meningkat, seiring dengan kenaikan upah minimum provinsi (UMP). Oleh karena itu, tahun depan, INTA akan melakukan efisiensi. Harga saham INTA, Selasa (11/12) ditutup tak bergerak dari hari sebelumnya di Rp 460 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×