Reporter: Fauzan Zahid Abiduloh | Editor: Yudho Winarto
Nilai outstanding ijarah mencapai Rp 12.297 miliar dan jumlahnya mencapai 66 seri. Adapun nilai outstanding mudharabah mencapai Rp 4.507 miliar dengan jumlahnya mencapai 19 seri. Dengan demikian, proporsi akad sukuk berdasarkan jumlah seri dari ijarah dengan mudharabah adalah 22,35% dengan 77,65%, dan proporsi akad sukuk berdasarkan nilai outstanding adalah 26,82% dengan 73,18%.
Dari total 85 seri sukuk terdapat 50 sukuk yang masuk dalam sektor industri infrastruktur, utilitas, dan transportasi. Dengan nominal Rp 9.053 miliar, sektor tersebut mendominasi proporsi jumlah sukuk dan proporsi nominal sukuk berdasarkan sektor industri.
Menariknya, mayoritas penggunaan dana hasil penawaran umum sukuk tersebut digunakan untuk modal kerja atau pembiayaan kegiatan usaha dengan pesentase 47%. Setelahnya disusul oleh pengembangan pembiayaan syariah sebesar 18%, investasi jaringan 16%, refinancing 13%, investasi gedung 4%, dan rekondisi peralatan 2%.
“Kami memang masih berfokus pada pembangunan infrastruktur dan ekspansi bisnis, penggunaan dana hasil penawaran umum sukuk kami alokasikan kesana,” jelas Touriq.
Minat terhadap sukuk masih dapat ditingkatkan lagi. Dengan membentuk sukuk yang hasil dana umumnya ditujukan untuk pembangunan proyek-proyek Sustainable Development Goals (SDGs) atau sukuk hijau, maka cakupan investor akan semakin meluas.
“Dengan obligasi kita hanya dapat menarik investor konvensional, dengan sukuk kita dapat menarik investor konvensional dan syariah, dengan sukuk hijau kita dapat menarik investor konvensional, investor syariah, dan investor green sekaligus,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News