Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur) catatkan pertumbuhan dana kelolaan alias asset under management (AUM) sepanjang 2024.
Chief Investment Officer (CIO) Makmur Stefanus Dennis Winarto menilai pertumbuhan AUM perusahaan mencerminkan reksadana masih menjadi instrumen investasi yang menarik bagi sejumlah investor. Per akhir 2024, Makmur mencatatkan pertumbuhan nilai AUM lebih dari 100%, mencapai angka triliunan rupiah, melampaui pertumbuhan AUM selling agent (SA) fintech sepanjang 2024 yang hanya tumbuh 9,95%.
Melansir data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), nilai dana kelolaan SA fintech sepanjang 2024 sebesar Rp 31,05 triliun, sedangkan di 2023 nilai dana kelolaan SA fintech sebesar Rp 28,24 triliun.
Baca Juga: AUM Reksadana Terproteksi BRI-MI Tembus Rp20,99 Triliun, Terbesar di Indonesia
Stefanus mengatakan, dana kelolaan yang naik signifikan ini sejalan dengan naiknya jumlah investor di Makmur yang telah menembus angka lebih dari 500.000 investor.
Menurutnya, pesatnya jumlah investor Makmur didorong oleh kemudahan berinvestasi yang ditawarkan, mulai dari pembukaan rekening secara online hingga transaksi reksa dana yang tidak dikenakan biaya.
Berdasarkan data internal, rata-rata nilai investasi nasabah Makmur naik 7 kali lipat dalam periode 6 bulan setelah membuka rekening. Setelah 12 bulan, rata-rata nilai investasi nasabah Makmur naik 13 kali dan naik menjadi 17 kali setelah 18 bulan.
Baca Juga: Ada Peluang Bank Sentral Pangkas Bunga, Begini Strategi Manajer Investasi Reksadana
"Kenaikan rata-rata nilai investasi ini mencerminkan investor yang semakin percaya dan nyaman berinvestasi," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (14/5).
Stefanus melanjutkan, kenaikan AUM reksadana Makmur juga didorong oleh sejumlah faktor. Pertama, sentimen pasar yang masih cukup negatif menyebabkan investor terus mencari investasi di kelas aset dengan kinerja yang baik dan risiko yang terukur seperti reksa dana.
Dari eksternal, pasar masih mencermati dampak kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Sebab, pengenaan tarif ini akan memicu aksi balasan dari mitra dagang utama yang berpotensi memicu kontraksi ekonomi dan bisa berakibat pada melemahnya pertumbuhan ekonomi global.
Kedua, ketidakpastian yang terjadi saat ini membuat investor akan lebih berhati-hati dan cenderung menghindari aset dengan risiko tinggi seperti saham. "Instrumen yang cenderung lebih stabil, khususnya reksadana pendapatan tetap menjadi pilihan investor di tengah tingginya ketidakpastian pasar," terang Stefanus.
Baca Juga: Arah Suku Bunga BI Menentukan Prospek Reksadana
Ketiga, Makmur juga melakukan seleksi terhadap produk reksadana dari manajer investasi (MI). Stefanus menekankan, aspek kepercayaan nasabah terhadap platform investasi menjadi prioritas penting dalam pengembangan aplikasi Makmur.
Adapun saat ini sudah terdapat 16 MI yang telah tergabung di platform Makmur dengan lebih dari 100 reksadana yang terseleksi.
"Kami berkomitmen memberikan produk reksa dana terbaik dan terkurasi yang akan menemami perjalanan investasi masing-masing investor untuk mewujudkan target finansial," tutup Stefanus.
Selanjutnya: Ini Cara Top Up Saldo GoPay, ShopeePay, hingga OVO dari Aplikasi DANA
Menarik Dibaca: Promo Alfamart Noodle Fair sampai 15 Mei 2025, Aneka Mi Korea Harga Spesial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News