Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk reksadana Sucor Asset Management mencetak kinerja kinclong hingga akhir kuartal ketiga 2017. Berdasarkan data Infovesta Utama, Sucorinvest Bond Fund menempati peringkat ketiga dengan kinerja 17,11% secara year to date (ytd) hingga September pada jenis reksadana pendapatan tetap.
Angka ini lebih tinggi ketimbang Infovesta Fixed Income Fund Index yang mencapai 8,83% ytd. Produk reksadana Sucorinvest Equity Fund menempati peringkat kedua pada jenis reksadana saham. Sucorinvest Equity Fund memiliki kinerja ytd 21,04% dan posisi keempat Sucorinvest Maxi Fund dengan nilai imbal 20,14%.
Jemmy Paul Wawointana, Plt CEO Sucor Asset Management menjelaskan bahwa performa reksadana pada September lalu secara umum didominasi oleh seri reksadana pendapatan tetap atau yang menggunakan surat utang. Kupon yang ditawarkan serta nilai total return-nya cukup tinggi menjadi pilihan populer bagi investor.
Sedangkan untuk tipe reksadana saham, Jemmy menjelaskan kinerja ini merupakan hasil olahan portofolio saham yang didominasi oleh jajaran LQ 45. Menurut dia, dengan mengikuti pergerakan saham berkapitalisasi besar, maka pergerakan reksadana sahamnya akan mengikuti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
"Banyak reksadana saham yang underperform karena tidak mengambil saham kapitalisasi besar seperti UNVR dan BBCA," jelasnya kepada KONTAN. Ia mengakui, performa reksadana saham pada September ditopang oleh saham pilihan dari sektor perbankan, keuangan, dan konsumer. Sebagai informasi, Infovesta Equity Fund Index menguat 4,51% ytd.
Jemmy melanjutkan, reksadana yang terlalu konservatif di saham mid to low akan cenderung kalah dari IHSG. Untungnya sejumlah saham pilihan Sucor pada sektor middle naik. "Hingga pertengahan tahun depan, obligasi yang akan menarik," kata Jemmy.
Menurut dia, sentimen yang bakal menggenjot pasar obligasi adalah optimisme inflasi yang terkendali dan potensi Indonesia mendapatkan kenaikan peringkat dari lembaga pemeringkat Moody's dan S&P. Dengan demikian, fundamental ekonomi Indonesia dapat terapresiasi dan membuat obligasi menjadi semakin menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News