Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengakui bahwa penetrasi di pasar modal selama ini masih kurang maksimal. Gara-garanya terbentur masalah Infrastruktur pasar modal.
Direktur Utama KSEI Heri Sunaryadi bilang, kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan membuat masyarakat sulit menjangkau pasar modal. "Beda dengan Singapura, Malaysia atau Thailand yang lebih banyak daratan dan tidak seluas wilayah Indonesia," imbuhnya, (19/8).
Oleh sebab itu, KSEI bersama otoritas lain wajib menyempurnakan infrastruktur dalam pasar modal. Tapi, soal infrastruktur bukan merupakan hal yang bisa berdiri sendiri. Infrastruktur wajib disertai dengan sosialisasi yang lebih intens.
Karena pada dasarnya, secara prinsip kesiapan infrastruktur pasar modal lokal sudah cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari seluruh perputaran portofolio di pasar modal lokal, sekitar 65% -nya dimiliki oleh asing.
Nah, hal inilah yang mendasari KSEI melakukan kerja sama dengan bank administrator rekening dana nasabah (RDN). KSEI telah melakukan cobranding dengan PT Bank Permata Tbk dan akan melakukan hal serupa dengan PT Bank Mandiri Tbk. Kerja sama ini tidak hanya cobranding yang mencakup akses melalui ATM tetapi juga fasilitas internet dan mobile banking.
Penetrasi perbankan telah jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pasar modal. Infrastruktur perbankan pun sudah lebih baik dan merata di seluruh Indonesia. Hal ini yang akan dimanfaatkan oleh KSEI sebagai salah satu self regulatory organization (SRO) untuk pasar modal untuk menambah jumlah investor dan memperdalam pasar dengan memperkuat infrastruktur sekaligus sosialisasinya. "Dengan begitu, diharapkan investor bisa lebih mudah mengakses pasar modal domestik," pungkas Heri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News