kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,59   3,01   0.34%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini yang Membuat Harga Gas Alam Terus Melambung


Minggu, 29 Mei 2022 / 13:16 WIB
Ini yang Membuat Harga Gas Alam Terus Melambung
ILUSTRASI. Fasilitas gas di anjungan leps pantai Pertamina. Ini yang Membuat Harga Gas Alam Terus Melambung.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga gas alam sempat mencapai level tertinggi di US$ 9,477 per MMBTU yang merupakan angka tertinggi. Salah satu alasan harga gas melonjak level tertinggi karena perang Rusia dengan Ukraina yang membuat pasar energi terguncang dan karena kurangnya pasokan gas alam. 

Mengutip Barchart, Minggu (29/5), harga gas alam kontrak Juli menurun 1,89% ke level US$ 8,727 per mmbtu. Sementara rekor harga tertinggi yang sempat terjadi di hari Kamis (26/5), yaitu US$ 9,447 per mmbtu.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan ada tiga faktor penyebab harga gas alam terus mengalami kenaikan. Salah satu faktor utama yang membuat harga gas alam meroket adalah akibat invasi Rusia ke Ukraina.

"Penyebabnya diawali oleh invasi Rusia ke Ukraina yang mengakibatkan malapetaka pasar secara global membuat negara-negara Eropa mengalami kesulitan gas alam," ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (27/5). 

Baca Juga: Harga Gas Bergejolak, Kontrak Pembelian Jangka Panjang Kembali Populer

Ibrahim mengatakan, pada saat Rusia mendapatkan sanksi ekonomi dari Amerika Serikat, Eropa dan Inggris, Rusia turut berbalik memberikan sanksi terhadap negara-negara Eropa,  Inggris dan negara lainnya ketika membeli gas alam harus menggunakan mata uang rubel. 

"Inilah yang membuat satu ketidakjelasan di Eropa karena ada 22 negara yang di bawah naungan Uni Eropa yang membutuhkan gas alam sehingga harga gas alam meningkat lebih tinggi lagi tiga kali lipat di pasar Eropa, Inggris dan Amerika Serikat," ucap Ibrahim. 

Sehingga menyebabkan kebingungan terhadap kondisi pasar yang terus mengalami pengetatan, kemudian di sisi lain, Uni Eropa akan memberikan saksi tambahan untuk Rusia yaitu dengan tidak akan lagi melakukan impor gas alam dan minyak mentah dari Rusia. 

"Nah ini yang mengakibatkan kembali memanasnya situasi geopolitik sehingga menyebabkan minyak mentah dan gas alam mengalami kenaikan," kata Ibrahim. 

Ibrahim juga menyampaikan faktor selanjutnya berasal dari ketersediaan pasokan gas alam di mana sebentar lagi akan memasuki musim panas sehingga membutuhkan pendingin yang cukup luar biasa. 

Ibrahim menambahkan saat ini di Amerika cadangan gas alam sedang mengalami penyusutan, bahwa masyarakat Amerika Serikat hampir 60% gas alam disubsidi oleh pemerintah. 

Baca Juga: Kemenperin Dukung Hilirisasi Berbasis Nikel di Kawasan Industri NIS

"Sehingga membuat lonjakan harga gas alam semakin ketat dan kebutuhan gas alam terus mengalami peningkatan yang luar biasa pasca larangan melakukan impor dari Rusia," ujar Ibrahim. 

Ibrahim menjelaskan, kalau melihat gas alam harus juga melihat minyak WTI dimana sempat mengalami kenaikan tetapi terkoreksi kembali di level  US$ 115 ini mengindikasikan bahwa harga gas alam ini akan terus mengalami kenaikan. 

Salain itu, Ibrahim mengatakan beredar kabar bahwa Rusia akan kembali melakukan invasi juga ke Polandia untuk dikuasai seperti Ukraina. 

Sehingga menyebabkan ketegangan-ketegangan geopolitik bertambah, di sisi lain poros Iran, Rusia, China dan Korea Utara melawan poros Amerika Serikat dan sekutunya membuat masalah geopolitik kembali memanas dan imbasnya ke harga gas alam yang sempat mencapai level tertinggi di level US$ 9000-an.

Ibrahim menjelaskan, sebenarnya yang bisa meredam kenaikan harga gas alam yaitu kenaikan suku bunga pada saat dolar mengalami kenaikan pasti harga gas alam akan jatuh. 

"Karena perdagangan di pasar global mayoritas menggunakan dolar sehingga pada saat dolar mengalami penguatan akan berdampak pada penurunan harga gas alam, dimana pada minggu depan bank sentral bagian Amerika akan kembali berfokus menaikkan suku bunga sebesar 50 bps ini yang kemungkinan akan membawa dolar akan mengalami menguat dan membuat harga gas alam turun," tutur Ibrahim. 

Baca Juga: Uni Eropa Investasikan 210 Miliar Euro, Hapus Ketergantungan Bahan Bakar Fosil Rusia

Faktor yang kedua berasal dari ketersediaan cadangan gas alam, Ibrahim berharap semoga minggu depan cadangan gas alam di Amerika mengalami peningkatan karena akan mengalami musim panas ini yang membutuhkan pasokan gas alam yang cukup luar biasa. 

Menurut Ibrahim harga gas alam mengalami kenaikan itu masalah geopolitik tetapi ketika masalah geopolitik mereda maka harga gas alam akan kembali stabil. 

Ibrahim memproyeksikan untuk harga gas alam di semester ini mencapai di level tertinggi sekitar US$ 9400 per MMBTU dan level terendah di US$ 8000 per MMBTU. Sementara akhir tahun berada di level US$ 7000 per MMBTU. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×