kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ini yang membayangi kinerja saham anak usaha BUMN


Selasa, 28 November 2017 / 21:18 WIB
Ini yang membayangi kinerja saham anak usaha BUMN


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setidaknya enam anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga November 2017. Teranyar, anak usaha PT PP Tbk (PTPP), yakni PT PP Presisi Tbk (PPRE) menggelar initial public offering (IPO).

Melihat pergerakan saham masing-masing emiten anak usaha BUMN, PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) mencatatkan kenaikan harga paling banyak. Sejak debut perdananya hingga Selasa (28/11), saham AGRO telah naik 440%.

Sementara itu, tiga emiten anak usaha BUMN lainnya justru mencatat penurunan harga saham sejak pertama kali melantai di BEI. Mereka adalah PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), PT GMF AeroAsia Tbk (GMFI), dan PT PP Presisi Tbk (PPRE).

Penurunan harga saham terdalam dialami oleh WSBP, yakni sebesar 18,77% sejak pertama kali mencatatkan saham perdana di 2016 Lalu. Melihat kapitalisasi pasarnya, PT PP Properti Tbk (PPRO) memiliki kapitalisasi pasar terbesar, yakni Rp 12,27 triliun per Selasa (28/11).

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menilai, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan saham maupun fundamental emiten anak usaha BUMN. Aditya meyakini bahwa pola kinerjanya akan mengikuti pola dari induknya. “Binsnisnya akan banyak tertumpu pada induknya,” tambah Aditya.

Meski demikian, bukan berarti emiten-emiten anak usaha BUMN selalu berada dibawah induknya. “Mereka tetap bisa punya valuasi lebih tinggi dari induknya. Ketika revenue lebih tinggi, earning mereka pun bisa lebih tinggi dari induknya,” tutur Aditya Selasa (27/11).

Selanjutnya, sektor bisnis pun tetap menentukan. Di tahun ini misalnya, Aditya melihat ada tekanan pada sektor konstruksi. Hal ini pun menurutnya akan berimbas pada emiten-emiten anak usaha BUMN konstruksi. Misalnya, PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), maupun PPRO.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee sepakat, menurutnya investor cenderung berhati-hati pada sektor. Di sektor konstruksi, menurut Hans kekhawatiran pasar muncul terkait isu pemotongan anggaran. “Belakangan ini beberapa anak BUMN yang konstruksi itu masuk ke pasar, minat orang agak berkurang,” ujar Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×