Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) bergerak liar setelah mencatatkan kenaikan terbesar dalam dua pekan terakhir pada pagi ini (21/3).
Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 12.35 waktu Sydney, harga kontrak minyak WTI untuk pengantaran Mei berada di posisi US$ 93,27 per barel atau turun 23 sen di New York Mercantile Exchange.
Sementara, harga kontrak minyak untuk pengantaran April yang habis masa berlakunya kemarin (20/3), ditutup lebih tinggi 80 sen di posisi US$ 92,96 per barel.
Ada sejumlah isu besar yang menyebabkan pergerakan harga si emas hitam naik turun. Salah satunya, cadangan minyak AS secara tidak terduga mengalami penurunan. Berdasarkan data yang dirilis Departemen Energi AS, cadangan minyak AS pada pekan lalu turun sebanyak 1,3 juta barel. Ini merupakan penurunan pertama dalam dua bulan belakangan.
Sentimen lainnya datang dari Iran di mana pemerintah Iran melihat adanya kemungkinan untuk mencapai kata sepakat terkait program nuklirnya. Seperti yang diketahui, pada bulan lalu, program pembahasan nuklir Iran mengalami kebuntuan sehingga menyebabkan pasar ekspor minyak Iran dikenakan sanksi internasional.
Selain kedua faktor tadi, keputusan the Federal Reserve mengenai kelanjutan program stimulus senilai US$ 85 miliar juga turut mempengaruhi pasar minyak dunia.
"Reli yang terjadi pada pasar minyak kemarin (20/3) didorong oleh rasa lega karena pernyataan the Fed," ujar Ric Spooner, chief market analyst CMC Markets di Sydney.
Sementara itu, harga kontrak minyak jenis Brent untuk pengantaran Mei turun 29 sen menjadi US$ 108,43 per barel di ICE Futures Europe exchange.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News