Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Dua lembaga pemeringkat terkemuka dunia, Moody's Investor Service dan Fitch Ratings, memprediksi bahwa pertumbuhan pendapatan emiten properti di Indonesia bakal melambat di tahun ini akibat faktor Pemilihan Umum (pemilu).
Terkait hal itu, PT Sentul City Tbk (BKSL) menyiapkan satu strategi agar bisa terus memupuk penjualan di tengah tren negatif permintaan properti nasional.
Michael Tene, Hubungan Investor BKSL mengatakan, perusahaan bakal mengalihkan fokus untuk lebih menyasar kalangan menengah, ketimbang menengah atas. Oleh karena itu, BKSL akan meluncurkan produk-produk properti dengan harga yang relatif lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Di akhir bulan ini misalnya, BKSL berniat meluncurkan proyek residensial, yaitu klaster "Mountain Village". Rencananya, BKSL bakal memasarkan sekitar 70 unit rumah tapak (landed house) di klaster itu dengan harga sekitar Rp 700 juta per unit.
"Ini lebih rendah dari rata-rata pricing produk properti kita di tahun lalu yang kebanyakan di atas Rp 1 miliar per unit," terang Michael, Jumat (23/5). Strategi BKSL mengubah target pasar bukan tanpa alasan.
Michael bilang, permintaan rumah dari kalangan menengah relatif tetap tinggi meski di tengah masa pemilu seperti saat ini. Soalnya, mereka membeli rumah karena butuh untuk tempat tinggal.
Ini berbeda dengan kalangan menengah atas yang mayoritas membeli produk properti untuk kebutuhan investasi. Imbasnya, masyarakat dari kalangan menengah atas banyak yang menunda pembelian properti saat kondisi sedang tidak pasti seperti sekarang.
"Kami yakin perubahan strategi ini akan berhasil karena permintaan dari kelas menengah tetap tinggi," terang BKSL. Di tahun ini, BKSL menargetkan marketing sales senilai Rp 2,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News