kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini sentimen yang mempengaruhi penguatan rupiah pada hari ini (4/1)


Senin, 04 Januari 2021 / 15:35 WIB
Ini sentimen yang mempengaruhi penguatan rupiah pada hari ini (4/1)
ILUSTRASI. Sentimen eksternal sokong penguatan rupiah hari ini


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja nilai tukar rupiah di perdagangan awal tahun ini cukup menggembirakan. Buktinya, rupiah berhasil tembus ke bawah level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dan ditutup menguat 1,10% ke Rp 13.895 per dolar AS. 

Asal tahu saja, ini juga jadi level terbaik rupiah sejak 9 Juni 2020. Kala itu, rupiah berada di level Rp 13.890 per dolar AS. 

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengungkapkan, sentimen eksternal menjadi faktor utama di balik moncernya rupiah di awal tahun ini. Katalis pertama yang menyokong rupiah datang daru keputusan Presiden AS Donald Trump yang akhirnya menyetujui paket stimulus. 

Bahkan, Trump juga menyarankan untuk mengerek paket bantuan untuk individu dari semula US$ 600 menjadi US$ 2.000 per penerimanya.

Baca Juga: Menguat 1,10%, rupiah ditutup di level Rp 13.895 per dolar AS pada hari ini (4/1)

“Katalis kedua, pasar juga menyambut positif rencana adanya paket stimulus tambahan ketika Joe Biden resmi memimpin AS. Sementara kebijakan Federal Reserve yang masih tetap akomodatif dan kesepakatan Brexit yang sudah disahkan parlemen Inggris turut menjadi sentimen positif bagi pasar,” kata Faisyal ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (4/1).

Lebih lanjut, sentimen risk-on pelaku pasar juga semakin menguat seiring banyak kabar baik soal penyaluran vaksin di berbagai belahan dunia. Faisyal meyakini, dengan semakin tingginya risk appetite investor, rupiah punya peluang untuk terus melanjutkan penguatan.

Hanya saja, Faisyal melihat penguatan rupiah lebih didorong oleh sentimen eksternal saja. Dari sisi fundamental, ia menilai dari sentimen domestik justru belum banyak memberikan dorongan bagi rupiah. 

Mengingat, kebijakan dari Bank Indonesia maupun pemerintah sejauh ini dinilai belum banyak menghadirkan gebrakan baru.

Setali tiga uang, analis HFX International Berjangka Ady Phangestu melihat fundamental rupiah sejauh ini cenderung biasa saja. 

Dia bilang, jika memang Indonesia punya fundamental yang bagus, semestinya rupiah bisa menembus level Rp 14.000 sejak tahun lalu. Namun, nyatanya rupiah hanya bisa bertahan di kisaran Rp 14.000 - Rp 14.200 saja.

“Memang kalau bicara data sebenarnya secara rata-rata masih cukup baik apalagi dalam masa krisis seperti ini. Tapi tak bisa dipungkiri, faktor utama penguatan rupiah itu disebabkan dari sentimen eksternal, yakni pelemahan dolar AS,” tambah Ady.

Asal tahu saja, hingga pukul 15.00 WIB, indeks dolar AS sudah melemah 0,36% ke 89,62. 

Secara jangka pendek, Ady meyakini rupiah masih akan berada dalam tren positif. Ia menghitung, rupiah berpeluang terus melanjutkan penguatan hingga ke Rp 13.560 per dolar AS dengan level resistance di Rp 14.000 per dolar AS.  

Baca Juga: Dolar melemah, nilai tukar rupiah tembus di bawah Rp 14.000

Dengan kebijakan moneter yang sangat akomodatif, defisit AS yang semakin melebar, dan berkurangnya permintaan safe haven akan membuat dolar AS terus melemah di kuartal I-2021. Ady menilai rupiah akan mendapat keuntungan dari hal tersebut. 

Sementara untuk penghambat penguatan rupiah berpotensi disebabkan oleh angka pengangguran dalam negeri yang masih tinggi serta pinjaman luar negeri yang cukup besar.

Sementara Faisyal menyebut, kinerja rupiah ke depan setidaknya dipengaruhi oleh tiga hal. Pertama, apakah paket stimulus ketiga yang disiapkan oleh pemerintah AS akan terealisasi. 

Kedua, Proses distribusi dan efektivitas vaksin dalam menekan laju penyebaran Covid-19. Ketiga, adanya kebijakan baru dari pemerintah Indonesia yang bisa mendongkrak konsumsi dalam negeri.

“Kalau ketiga hal tersebut berjalan sesuai harapan, tentu akan menjadi katalis positif untuk penguatan rupiah lebih lanjut. Tapi jika yang terjadi justru sebaliknya, maka malah akan menjadi pemberat untuk rupiah,” jelas dia. 

Faisyal optimistis tahun ini kinerja rupiah akan jauh lebih baik dibanding tahun lalu seiring proses pemulihan ekonomi. Perkiraan Faisyal, rupiah akan berada di kisaran Rp 13.300 - Rp 13.800 per dolar AS pada akhir tahun. Sementara Ady cenderung lebih netral dan melihat rupiah akan berada di kisaran Rp 14.500 per dolar AS.

Selanjutnya: IHSG menguat 2,10% ke 6.104 pada perdagangan Senin (4/1), asing beli BBCA, TLKM, BBNI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×