Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walaupun tengah berada dalam trend positif harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tetap dibayangi sentimen negatif. Produksi minyak mentah AS yang terus meningkat dan komitmen pemangkasan produksi oleh OPEC bersama sekutunya masih berpotensi mengganjal penguatan.
Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures menguraikan Energy Information and Administration (EIA) memperkirakan produksi minyak mentah AS di tahun 2019 akan naik sekitar 750.000 barel per hari menjadi 11,44 juta ton. Jika itu terwujud maka negeri Paman Sam menjadi negara penghasil minyak terbesar di dua mengalahkan Rusia dan Arab Saudi.
"Walaupun pertumbuhan data cadangan minyak mingguan melemah tetapi pasar masih melihat produksi AS masih tumbuh," urainya kepada Kontan.co.id, Rabu (11/4).
Baker Huhges melaporkan untuk pekan yang berakhir 6 April minyak jumlah rig aktif tercatat menyentuh 808 rig atau merupakan angka tertinggi sejak tahun 2015.
Penurunan cadangan minyak AS versi American Petroleum Institute (API) dari 3,28 juta barel di periode sebelumnya menjadi 1,758 juta barel seolah diabaikan. Pasar tetap melihat untuk pekan yang berakhir 6 April cadangan minyak AS tetap melemah.
Dilain pihak, Faisyal, Analis PT Monex Investindo Futures mengingatkan adanya peringatan Rusia. Meski negara Beruang Merah itu kini tetap berkomitmen mengurangi produksinya tetapi jika pada akhirnya program pemangkasan produksi justru menguntungkan AS maka Rusia berniat mundur.
"Rusia beranggapan jangan sampai yang diuntungkan AS aja," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News