Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lebih dari 135 perusahaan terbuka telah merilis laporan keuangan kuartal I-2020. Dari laporan keuangan 135 emiten yang Kontan.co.id olah datanya, terdapat sejumlah sektor yang menunjukkan pertumbuhan kinerja, baik dari segi pendapatan maupun laba bersih.
Akan tetapi, ada juga sektor yang memperlihatkan penurunan pendapatan dan laba bersih. Bahkan, ada emiten yang mencatatkan kenaikan rugi bersih.
Baca Juga: Bakal akuisisi Pinehill, simak rekomendasi saham Indofood CBP (ICBP)
Dengan menghitung rata-rata pertumbuhan pendapatan dan laba bersih per sektor, para produsen crude palm oil (CPO) mencatatkan rata-rata kenaikan pendapatan tertinggi, yakni 18,1% year on year (yoy). Rata-rata laba bersih emiten dalam sektor ini juga tumbuh 136,2% yoy.
Disusul oleh operator telekomunikasi dan menara telekomunikasi yang mencatatkan rata-rata pertumbuhan pendapatan sektoral 13,8% yoy dan laba bersih 361,4% yoy.
Sektor perbankan juga masih menghasilkan pertumbuhan kredit dengan rata-rata 8,78% yoy pada triwulan pertama 2020.
Baca Juga: Sejumlah sektor emiten tumbuh positif pada kuartal I-2020, ini faktor pendorongnya
Pertumbuhan ini lebih tinggi dibanding survei Bank Indonesia (BI) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang memperkirakan pertumbuhan kredit di kuartal I-2020 naik 5,5% dan kurang dari 7%. Rata-rata laba bersih perbankan juga masih tumbuh 5,76% yoy.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, kenaikan kinerja pada sektor agrikultur terdorong oleh peningkatan harga jual CPO yang cukup tinggi pada akhir tahun lalu. Mengingat, beberapa kontrak CPO adalah didasarkan pada harga rata-rata, bukan harga di pasar spot.
Akan tetapi, untuk sepanjang tahun 2020, Chris melihat, kinerja emiten sektor ini akan cenderung turun. "Pasalnya, harga CPO kembali turun ke harga terendah seperti pada 2019 lalu," ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (25/5).
Kemudian, untuk sektor telekomunikasi, Chris menilai, kenaikan kinerja pada kuartal I-2020 merupakan efek dari kebijakan physical distancing yang membuat interaksi online semakin meningkat sehingga mendorong kenaikan permintaan data. Ia memprediksi, kinerja sektor telekomunikasi akan cukup baik hingga akhir 2020.
Baca Juga: Gara-gara corona, sejumlah emiten migas merevisi target kinerja tahun ini
Selanjutnya, untuk sektor perbankan, Chris berpendapat bahwa penyaluran kredit pada kuartal I-2020 masih tergolong cukup tinggi walau tidak meningkat signifikan.
Meskipun begitu, menurut dia, pandemi corona yang berdampak pada perputaran roda ekonomi dapat turut menurunkan kinerja perbankan sepanjang 2020 ini.
Meskipun begitu, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilanus Nico Demus melihat, prospek perbankan ke depan masih akan positif terutama bagi bank umum kegiatan usaha (BUKU) besar seperti BBNI, BBRI, BBCA, dan BMRI.
"Meskipun ada restrukturisasi utang, kapasitas emiten-emiten tersebut masih mampu untuk menjaga stabilitasnya," ungkap Nico.
Baca Juga: Saham konglomerasi cenderung turun karena proyeksi kinerja kuartal II bakal tertekan
Di sisi lain, ada juga sektor-sektor yang menunjukkan penurunan pendapatan dan laba bersih. Rata-rata penurunan pendapatan terdalam, yakni sebesar 26,5% yoy dicatatkan oleh sektor aneka industri yang di dalamnya terdapat emiten tekstil, garmen, serta produsen kabel.
Disusul oleh rata-rata pertumbuhan pendapatan sektor otomotif dan alat berat yang merosot 10,3% serta turisme dan pehotelan dengan penurunan 8% yoy.
Dari segi laba bersih, penurunan terdalam ditorehkan oleh sektor turisme dan perhotelan, yakni sebesar 1.934,40% yoy. Angka ini disumbangkan oleh PT Satria Mega Kencana Tbk (SOTS) yang rugi bersihnya meningkat 7.611,5% yoy, dari Rp 51,57 juta pada kuartal I-2019 menjadi Rp 3,98 miliar pada kuartal I-2020.
Penurunan terdalam selanjutnya dicatatkan oleh sektor aneka industri, yakni sebesar 60,4% yoy, teknologi dan media sebesar 34,4% yoy, dan otomotif dan alat berat 25,4% yoy.
Chris memprediksi, hingga akhir 2020, emiten aneka industri dan otomotif masih akan tertekan karena daya beli yang menurun akan membuat penjualan melambat. Begitu juga dengan alat berat yang terpengaruh oleh komoditas tambang yang mengalami penurunan harga jual.
Baca Juga: Simak strategi Radiant Utama (RUIS) mempertahankan kinerja di tengah pandemi corona
Kinerja sektor turisme dan perhotelan juga tertekan karena adanya penurunan pengunjung yang cukup drastis. Akan tetapi, Chris melihat emiten sektor ini akan cenderung lebih cepat pulih seiring dengan selesainya wabah Covid-19.
Kepala Riset MNC Sekuritas Thendra Crisnanda bahkan memprediksi, laba bersih emiten sektor yang tertekan tersebut dapat mencatatkan penurunan laba bersih hingga -30% pada akhir 2020.
Hal yang menjadi sentimen kebangkitan sektor-sektor tersebut masih berkutat pada kejelasan mengenai perkembangan penyelesaian Covid-19. "Apabila terjadi gelombang kedua penyebaran Covid-19 yang menyebabkan terjadinya lockdown kembali, maka potensi besar penurunan bisnis akan lebih parah hingga akhir tahun ini" ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News