Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada banyak cara yang dapat dijadikan pedoman bagi investor untuk memilih saham yang tepat, salah satunya adalah dengan memperhatikan Price to Earning (PER). PER adalah angka perbandingan (rasio) yang menunjukkan tingkat keuntungan tahunan emiten saham terhadap harga sahamnya sekarang.
Ini berarti, semakin rendah PER maka akan semakin tinggi laba per sahamnya. Diantara banyaknya indeks, LQ45 merupakan salah indeks yang sering dijadikan acuan dalam berinvestasi. Sebab, penghuni indeks ini merupakan saham yang paling likuid.
Baca Juga: Analis: Ancaman demo susulan bisa bikin indeks keok pada transaksi Senin (30/9)
Meski demikian, terdapat beberapa saham penghuni LQ45 yang masih memiliki PER yang rendah, diantaranya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Kemudian ada juga PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), dan PT PP Tbk (PTPP).
PTPP misalnya, memiliki PER sebesar 14,91. Ada juga ADRO yang memiliki PER sebesar 5,02. Namun, PER tidak melulu menjadi patokan investor dalam membeli saham untuk menuai cuan.
Baca Juga: Cuma 4 saham naik, ini 10 saham LQ45 dengan PER terendah (26/9)
Analis Jasa Capital Utama Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, ada beberapa aspek yang harus dicermati investor selain faktor PER. Hal ini karena perhitungan PER menggunakan data yang lampau (data historis). Salah satu alternatif lain adalah dengan mencermati prospek bisnis emiten ke depannya.
“Kita harus mengetahui prospek bisnisnya, apakah masih dapat bertahan atau tidak,” ujar Chris kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: IHSG Hijau, Ini 10 Saham LQ45 dengan PER Tertinggi dan Terendah (26/9)
Misalkan saja LPPF. Meskipun memiliki PER yang relatif rendah (3,91), tetapi prospek bisnis LPPF dinilai masih cukup menantang ke depannya. Pasalnya, selain bersaing dengan toko konvensional sejenis, Matahari Departement Store juga memiliki kompetitor lain yakni toko daring (online shop).
Di sisi lain, PTPP dinilai memiliki prospek bisnis yang cerah. Hal ini sejalan dengan program pemerintah saat ini yang fokus pada pembangunan infrastruktur. Selain prospek bisnis, aspek fundamental lain yang harus dicermati adalah pertumbuhan pendapatan.
Investor harus bisa memperkirakan apakah perusahaan tersebut mampu mencetak pendapatan yang positif ke depannya. Untuk itu, ia merekomendasikan untuk membeli (buy) saham UNTR dengan target harga Rp 25.000 per saham, PTPP dengan target harga Rp 1.800 per saham, dan ADRO dengan target Rp 1800 per saham.
“Ketiga emiten ini menarik karena labanya masih bertumbuh,” tambah Chris.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, laba ADRO sepanjang semester pertama 2019 melesat 52% menjadi US$ 321 juta. Di saat yang sama, UNTR membukukan laba bersih Rp 5,57 triliun. Sementara itu, per 30 Juni 2109 PTPP berhasil membukukan laba bersih Rp 363,37 triliun.
Baca Juga: Stabilitas Politik Jadi Sentimen Positif, IHSG Hari Ini Menghijau
Senada, Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki Amani juga mengatakan saham di Indeks LQ45 dengan PER rendah menarik untuk dicermati. Meski demikian, ia juga menekankan pentingnya melihat kinerja fundamental dari masing-masing emiten.
“Selain itu perhatikan going concern bisnisnya,” terangnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/9).
Senada, Yaki merekomendasikan untuk membeli (buy) saham ADRO dengan target Rp 1.520 per saham, PTPP dengan target Rp 2.100 per saham, dan UNTR dengan target Rp 24.925 per saham.
Selain itu, ia juga merekomendasikan beli saham MNCN dan PTBA dengan target masing-masing Rp 1.480 dan Rp 2.640 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News