Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga emiten anggota holding tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) MIND ID telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Rabu (8/5). Agenda yang paling menarik perhatian pasar adalah pembagian dividen.
Dua emiten tambang plat merah, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) konsisten membayar dividen. Sedangkan PT Timah Tbk (TINS) absen membagi dividen terhadap para pemegang sahamnya.
ANTM mengerek naik dividen payout ratio dari 50% pada tahun lalu, menjadi 100% atau mengalokasikan seluruh laba bersih tahun 2023 senilai Rp 3,07 triliun. Dengan asumsi jumlah saham yang beredar sebanyak 24,03 miliar, maka nilai dividen ANTM sekitar Rp 128 per saham.
Berbeda dari PTBA yang menurunkan tingkat payout ratio dari 100% dalam dua tahun terakhir menjadi 75%, atau setara Rp 4,57 triliun. Dengan asumsi jumlah saham beredar sebanyak 11,52 miliar, maka dividen PTBA setara dengan Rp 397,7 per saham.
Sedangkan TINS sedang puasa membagi dividen lantaran pada tahun lalu berbalik menanggung kerugian sebesar Rp 449,69 miliar. Ketiga emiten tambang BUMN pun mengungkapkan alasan dibalik kebijakan dividennya.
Baca Juga: Dirut Antam (ANTM) Ungkap Tantangan di 2024, dari Harga Komoditas hingga Perizinan
Direktur Pengembangan Usaha Antam I Dewa Wirantaya mengatakan, pembagian dividen mendapatkan dukungan dari para pemegang saham, termasuk MIND ID selaku induk. "Tujuannya untuk meningkatkan nilai tambah dan return bagi pemegang saham," kata Dewa dalam konferensi pers RUPST, Rabu (8/5).
Pembagian dividen ini sudah mempertimbangkan kebutuhan dana untuk keperluan investasi atau pengembangan usaha baik secara organik maupun anorganik. Dewa mengungkapkan pada tahun 2024 ANTM mengalokasikan investasi sekitar Rp 4,5 triliun. "Perusahaan masih optimis mampu mendanai investasi sampai akhir tahun 2024," imbuh Dewa.
Sedangkan Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menyampaikan, penurunan nilai dividen tahun ini mempertimbangkan posisi kas dan kebutuhan pendanaan untuk pengembangan bisnis PTBA. Dengan begitu, diharapkan PTBA bisa mencapai pertumbuhan kinerja.
"Kata kuncinya ke depan PTBA akan melakukan pengembangan untuk meningkatkan kinerja baik di kinerja operasional maupun penjualannya. Oleh karenanya kami membutuhkan kas internal untuk mendukung itu, untuk bisa men-generated income di tahun-tahun ke depan," kata Arsal.
Sementara itu, Direktur Keuangan TINS Fina Eliani mengungkapkan selain karena tahun lalu merugi, pada tahun ini Timah juga akan menghadapi jatuh tempo surat utang. "Kami memiliki kewajiban utang obligasi dan sukuk yang akan jatuh tempo di bulan Agustus," kata Fina.
Strategi & Target di 2024
Kompak mengalami penurunan kinerja pada kuartal I-2024, ketiga emitan tambang BUMN ini memasang sejumlah strategi untuk memperbaiki pendapatan dan perolehan laba di sisa tahun ini. TINS bahkan yakin bisa kembali mencetak laba, terutama didorong oleh optimalisasi produksi dan kenaikan harga.
Target itu juga mempertimbangkan outlook pemasaran dan perbaikan tata kelola niaga timah di Indonesia. "Kami yakin di 2024 merupakan titik balik bagi Timah, dimana kami optimis dapat membukukan laba yang positif, jauh lebih tinggi dibandingkan pencapaian 2023," ujar Fina.
Sedangkan PTBA tetap fokus mengejar target produksi batubara di level 41,3 juta ton dan volume penjualan 43,1 juta ton. PTBA akan memaksimalkan potensi pasar dalam negeri sembari mencari peluang untuk memperluas pasar ekspor.
Arsal bilang, PTBA mengejar target operasional sembari memitigasi volatilitas harga komoditas dunia yang akan berpengaruh terhadap kinerja penjualan maupun biaya. "Kami antisipasi itu, harapannya di akhir tahun 2024 kinerja tetap terjaga positif," kata Arsal.
Baca Juga: Strategi Timah (TINS) Kembali Cetak Laba Usai Rombak Direksi dan Absen Bagi Dividen
Sementara itu, ANTM mengerek produksi sembari menggarap sejumlah proyek strategis. Secara organik, ANTM gencar melakukan eksplorasi di Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau konsesi tambang yang dimiliki. Selain itu, ANTM juga getol ikut lelang dari pemerintah untuk menambah konsesi tambang.
Bersamaan dengan eksplorasi di sisi hulu, ANTM juga memiliki sejumlah proyek hilirisasi. Termasuk proyek strategis dalam mengembangkan industri baterai kendaraan listrik (EV battery ecosystem).
Di dalam portofolio pengembangan ANTM ada Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) dan Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah. P3FH sudah di fase commisioning dan bersiap mencapai tahap operasi komersial.
Sedangkan proyek SGAR yang digarap bersama Inalum ditargetkan beroperasi pada kuartal ketiga tahun ini. "Market utama (proyek SGAR) adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dimana offtaker prioritasnya adalah Inalum," kata Dewa.
Pengembangan EV battery ecosystem juga dilakukan melalui kerjasama dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL), melalui anak perusahaannya HongKong CBL Limited (HKCBL), yang sudah menandatangani tiga kesepakatan pada Desember 2023. ANTM dan CBL pun mulai melakukan persiapan mulai dari infrastruktur tambang penyediaan tenaga listrik, hingga penghimpunan dana investasi.
Rekomendasi Saham
Research Analyst Phintraco Sekuritas Arsita Budi Rizqi menyoroti pembagian dividen ANTM dan PTBA yang masih direspons positif oleh pasar. Tampak dari kenaikan harga saham ANTM dan PTBA yang masing-masing menguat 1,99% dan 1,74% pada Rabu (8/5).
Dividen dari keduanya terbilang menarik, dimana yield ANTM mencapai 8,5%, di atas rata-rata dalam lima tahun terakhir. Meski payout ratio turun, namun dividend yield PTBA masih tergolong tinggi di level 13,80%.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan juga mengamati ANTM dan PTBA. Meski kinerja kuartal I-2024 di bawah eskpektasi, tapi keduanya berpeluang memperbaiki kinerja pada kuartal berikutnya.
Baca Juga: Bagi Dividen Rp 4,57 Triliun, Alasan Payout Ratio Bukit Asam (PTBA) Turun Jadi 75%
Pergerakan naik harga komoditas akan menjadi katalis utamanya. Namun untuk saat ini Felix lebih merekomendasikan hold terlebih dulu pada saham PTBA. Sedangkan Arsita menyaranka agar pelaku pasar bisa memanfaatkan momentum jangka pendek pada ANTM dan PTBA.
Rekomendasi Arsita, trading buy saham ANTM dengan target di Rp 1.625 dan stoploss jika tembus Rp 1.460. Kemudian, buy on support saham PTBA dengan target di Rp 3.000 dan stoploss jika tembus Rp 2.830.
Sementara itu, Analis RHB Sekuritas Fauzan Djamal dan Muhammad Wafi menyematkan rekomendasi buy saham ANTM dengan target haga di Rp 1.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News