kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.194   53,44   0,75%
  • KOMPAS100 1.105   10,45   0,95%
  • LQ45 877   11,00   1,27%
  • ISSI 221   0,83   0,38%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 540   5,09   0,95%
  • IDX80 127   1,35   1,07%
  • IDXV30 134   0,22   0,17%
  • IDXQ30 149   1,57   1,07%

Ini Peta Emiten Konglomerat Penguasa BEI, Saham Milik Prajogo Pangestu Juaranya


Jumat, 17 Mei 2024 / 20:30 WIB
Ini Peta Emiten Konglomerat Penguasa BEI, Saham Milik Prajogo Pangestu Juaranya
ILUSTRASI. Emiten milik grup konglomerasi masih menguasai Bursa Efek Indonesia (BEI).


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten milik grup konglomerasi masih menguasai Bursa Efek Indonesia (BEI). Kali ini, juaranya adalah Prajogo Pangestu yang sejumlah saham miliknya berhasil menembus rekor harga tertinggi (all time high) pada pekan ini. 

PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) masih membetot perhatian publik dengan level harga yang sudah menyentuh Rp 10.750 per saham. BREN kokoh di puncak emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di BEI, senilai Rp 1.438,20 triliun.

Saudara sekandung BREN, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) ikut melejit dan menjadi emiten dengan market cap terbesar ketiga senilai Rp 787,26 triliun. Lompatan harga juga dialami tiga saham Prajogo Pangestu lainnya: PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Petrosea Tbk (PTRO).

Hitungan Kontan.co.id, market cap gabungan dari lima saham Praogo Pangestu ini menyentuh Rp 2.455,62 triliun. Jumlah itu setara dengan 19,77% dari total market cap emiten BEI sebesar Rp 12.420 triliun hingga akhir pekan ini. 

Lonjakan signifikan saham-saham tersebut menjadikan Prajogo sebagai konglomerat dengan peningkatan harta tertinggi di dunia. Merujuk Forbes, total kekayaan Prajogo sebesar US$ 70,6 miliar atau setara dengan Rp 1.126,42 triliun, dengan asumsi kurs Rp 15.960 per dolar Amerika Serikat.

Selain berada di puncak konglomerat terkaya di Indonesia, Prajogo Pangestu menjadi taipan terkaya ke-23 di dunia. Cuan Prajogo juga mengalir ke pasar saham, yang datang dalam wujud lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

Punya bobot yang jumbo, kenaikan saham-saham Prajogo signifikan mendongkrak IHSG yang selama pekan ini mengakumulasi penguatan 3,22% ke level 7.317,23. Secara bersamaan, pesta pora saham Prajogo membawa rotasi di jajaran konglomerasi penguasa bursa.

Baca Juga: IHSG Melesat 3,22% Sepekan, Dana Asing Mulai Masuk Lagi

Tanpa menghitung emiten pelat merah, BEI masih dikuasai segelintir emiten dari grup konglomerasi. Di jajaran top market cap, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dari Grup Djarum bertengger di posisi kedua. Kemudian ada PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) kepunyaan Grup Salim.

Selanjutnya ada PT Bayan Resources Tbk (BYAN) milik Low Tuck Kwong, dan PT Astra International Tbk (ASII) dari grup konglomerasi Astra yang masih bertahan di top 10 market caps BEI.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengamati rotasi saham di jajaran top market cap cukup volatile sejak April 2024. Saham bank big caps merosot imbas aksi profit taking dan kinerja yang cenderung di bawah ekspektasi. "Posisi kapitalisasi pasar big banks bergeser setelah lama menempati urutan teratas," kata Ratih kepada Kontan.co.id, Jumat (17/5).

Sementara itu, saham Prajogo terus menanjak. Dorongan datang dari sejumlah sentimen positif yang mengiringi, termasuk dari aksi akuisisi dan masuknya TPIA menjadi konstituen baru Indeks Standar Global Morgan Stanley Capital International (MSCI). 

Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya mengamini, rotasi market cap seringkali dipengaruhi oleh sentimen terkini. Selain dari ekspansi, branding Prajogo sebagai orang terkaya di Indonesia dan masuk ke jajaran konglomerat dunia turut menambah daya tarik pasar terhadap saham-sahamnya.

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, sentimen dari konglomerat yang sedang bersinar secara psikologis membawa optimisme. Dia juga mengamati adanya kecenderungan kenaikan satu saham di dalam grup konglomerasi akan mengangkat saham lain dari grup yang sama.

Terlebih jika saham milik konglomerat tersebut juga diminati oleh investor asing, sehingga dianggap punya tren naik yang solid dan layak diikuti. Hanya saja, William mengingatkan pelaku pasar tetap perlu waspada lantaran lonjakan harga saham dan market cap tak selalu mencerminkan performa fundamentalnya.

"Penguatan signifikan itu akan menghasilkan valuasi mahal melampaui kinerja emiten sendiri. Plusnya, IHSG terdongkrak. Tapi nanti hanya masalah waktu saja sampai ada rotasi berikutnya," ungkap William.

Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.317 Jumat (17/5), BBCA, BBRI, TPIA Paling Banyak Net Buy Asing

Analis Stocknow.id Emil Fajrizki menambahkan, pelaku pasar mesti berhati-hati lonjakan harga saham dari suatu grup konglomerasi bisa menjadi euforia yang menimbulkan spekulasi. Dus, perlu disiplin dalam manajemen risiko karena potensi koreksi akibat profit taking terbuka lebar.

Emil melihat ketangguhan emiten dalam menjaga stabilitas kinerja maupun posisi market cap akan tampak dari strategi bisnis grup tersebut. Grup yang punya portofolio bisnis terdiversifikasi lintas sektor bakal memiliki prospek lebih menarik. 

Sementara dalam momentum pasar saat ini, Emil menyarankan untuk mencermati peluang buy on weakness pada saham BRPT. Menurut Emil, BRPT punya prospek yang menarik dengan sokongan dari dua anak usahanya, TPIA dan BREN.

Sedangkan Cheril mengingatkan valuasi saham Grup Barito yang sudah mahal. Sebagai pilihan investasi, Cheril lebih menyarankan BBCA dari Grup Djarum atau PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dari BUMN. Target harga masing-masing di Rp 10.500 dan Rp 5.900.

Di jajaran top market cap, Ratih juga melirik saham dari BUMN yakni BBRI dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan target harga Rp 5.200 dan Rp 3.200. Sedangkan dari grup konglomerasi, Ratih menyarankan wait and see terhadap saham TPIA.

Target harga yang bisa dipertimbangkan untuk TPIA ada di resistance Rp 9.500 dan support di Rp 8.500. Sementara itu, William menyematkan rekomendasi buy saham BRPT, BBCA dan PT United Tractors Tbk (UNTR) dari grup Astra. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×