kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini pandangan Aberdeen Standard Investments terhadap pasar Indonesia


Kamis, 21 November 2019 / 15:35 WIB
Ini pandangan Aberdeen Standard Investments terhadap pasar Indonesia
ILUSTRASI. Pegawai melintas di depan layar pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Ini pandangan Aberdeen Standard Investments Indonesia terhadap pasar Indonesia ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Genap sebulan berlalu sejak terbentuknya susunan kabinet pemerintahan Indonesia masa jabatan 2019-2024. Meskipun pasar merespon hasil pengumuman dengan cukup positif, namun hal ini belum bisa dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan konkret jangka panjang.

“Pelaku pasar masih terus memperhatikan dan menantikan gebrakan yang diharapkan mampu menstabilkan ekonomi serta sentimen investor,” ujar Bharat Joshi, Asian Equities Investment Director, Aberdeen Standard Investments Indonesia dalam keterangannya, Kamis (21/11).

Baca Juga: IHSG tergelincir 0,85% ke 6.103 di akhir perdagangan sesi I hari ini

Dalam menghadapi resesi ekonomi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menerapkan langkah pertamanya dengan pembentukan tim ekonomi saat ini dalam Kabinet Indonesia Maju. Keputusannya cukup  menuai beragam komentar sebab beberapa menteri terpilih dianggap kurang memiliki rekam jejak yang sesuai. 

“Ada sosok-sosok yang saat ini duduk di kabinet yang memberikan keyakinan kepada investor jangka panjang (termasuk kami; Aberdeen Standard Investments) bahwa disiplin fiskal akan dipertahankan dan pemerintah akan terus mendorong reformasi fiskal yang lebih dalam. Sikap keras terhadap korupsi dan penggelapan pajak juga membangun kredibilitas dimata investor,” jelas Bharat.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga diharapkan akan mampu meningkatkan disiplin keuangan dan pengawasan tata kelola di seluruh perusahaan BUMN, lanjutnya.

Baca Juga: Ekonom Bank Permata memprediksi BI akan menahan suku bunga acuan di level 5%

Kondisi Pasar Kuartal III – IV 2019

Konsumsi masyarakat masih menjadi sumber pertumbuhan di era Presiden Jokowi. Penurunan suku bunga acuan menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional saat ini. 

Bharat menjelaskan Bank Indonesia telah memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini, yang mana hal ini seharusnya menguntungkan bank-bank dengan basis pendanaan dan neraca likuiditas yang cukup besar.

Ada juga peluang di sektor properti di mana valuasinya terlihat menarik karena harga saham tetap baik di tengah banyaknya berita negatif.

Meskipun sektor semen lemah, permintaan semen per kapita masih tetap terendah di ASEAN dan konsolidasi akan menguntungkan industri. Kami juga tetap positif dengan bidang kesehatan.

"Penetrasi sektor ini relatif rendah di Indonesia, dan ini adalah salah satu dari banyak sektor yang mendapatkan perhatian Presiden Jokowi dalam masa jabatan keduanya,” katanya.

Baca Juga: Rekomendasi saham INKP, TPIA, dan BBNI untuk hari ini

Investasi asing (Foreign Direct Investment/ FDI) di Indonesia mulai meningkat pasca terpilih kembalinya Presiden Jokowi. Kondisi ini diprediksi akan terus berlanjut mengingat biaya produksi negara ini masih rendah, sektor infrastruktur masih terus meningkat, dan angka permintaan masih kuat.

“Satu hal yang pasti, kondisi suku bunga rendah akan cukup bertahan dan harapannya ini akan meringankan tekanan pada ‘dompet konsumen’ dalam hal pengeluaran saat kita memasuki tahun 2020,” tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×