kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini faktor pendorong harga batubara bullish dan proyeksinya


Senin, 13 Januari 2020 / 17:51 WIB
Ini faktor pendorong harga batubara bullish dan proyeksinya
ILUSTRASI. Ekskavator beroperasi di terminal batu bara di Montoir-de-Bretagne dekat Saint-Nazaire, Prancis 12 Juli 2019.


Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus melonjak didorong ekpektasi positif pasar terhadap penandatanganan kesepakatan dagang Amerika Serikat dan China.

Mengutip Bloomberg, berdasarkan ICE New Coal untuk kontrak Februari 2020 Jumat lalu harga batubara tembus harga tertinggi sejak 17 September 2019. Pada perdagangan akhir pekan lalu, batubara ditutup di harga US$ 75 per ton.

Baca Juga: Insentif untuk kementerian/lembaga dengan kinerja terbaik cair semester I 2019

Analis Trades Asia Point Futures Deddy Yusuf sebut penguatan harga batubara yang terjadi beberapa hari terakhir salah satunya di dorong oleh adanya optimisme positif pasar terkait kesepakatan trade deal.

"Optimisme pelaku pasar terhadap formalisasi kesepakatan dagang antara Amerika dan China menjadi salah satu katalis positif bagi pasar batubara dan ini tercermin lewat pergerakan harga batubara 2 hari terakhir harga batubara mengalami reli cukup baik," kata Deddy yang dihubungi via jaringan seluler.

Pasalnya, China merupakan importir batubara terbesar di dunia. Dengan adanya formalisasi kesepakatan dagang antara AS-China dianggap dapat menjadi stimulus positif bagi permintaan batubara di pasar.

Baca Juga: Profil Kredit Melemah, Prospek Peringkat Gajah Tunggal Turun Jadi Negatif

Sepanjang tahun 2020 sendiri, Deddy nilai pergerakan harga batubara akan relatif stabil didorong beberapa faktor terutama terkait kesepakatan dagang antara AS-China dan AS yang dikabarkan menarik diri dari perjanjian Iklim Prancis yang mengindikasikan AS tengah menghidupkan kembali tambang batubara.

"Kalau saya melihat dan baca juga dari badan energi internasional sepertinya harga batubara sepertinya sampai 2024 nanti masih akan bergerak stabil," papar Deddy.

Sementara itu, kendati beberapa negara Eropa dan AS memangkas penggunaan batubara, Deddy nilai hal ini tidak berdampak signifikan pasalnya masih tingginya konsumsi batubara dari negara-negara Asia. Hal ini juga yang sebabkan harga batubara diprediksikan masih akan terus stabil.

"Memang disebagian negara Eropa dan AS tampaknya penggunaan batubara ini sudah mengalami penurunan, cuman masih tingginya konsumsi batubara di kawasan Asia seperti China, Jepang, Korea Selatan dan Vietnam masih jadi salah satu pendorong," Deddy menambahkan.

Adanya peralihan dari batubara ke sumber energi terbarukan yang juga memerlukan biaya dan waktu juga masih jadi sentimen positif bagi konsumsi batubara khususnya di kawasan Asia.

Baca Juga: PTBA siap konversi lahan bekas tambang menjadi PLTS dan ladang sawit

Untuk tahun ini sendiri melihat kenaikan harga batubara yang terus terjadi dan menjadikannya berada di trend bulish menurut Deddy memungkinkan harga batu bara capai harga psikologis US$ 80 per ton.

"Kalau dilihat bisa saja harga 80 tersentuh karena belum ada sentimen negatif yang akan menekan harga batubara dalam waktu dekat. Jadi saya si lebih melihat karena ada ekspektasi yang cukup baik atau optimisme yang cukup tinggi terhadap kesepakatan dagang AS-China yang jadi salah satu pemicu tidak hanya di pasar komoditas tapi juga saham,"

Meskipun berpotensi capai harga US$ 80 per ton, Dedy sendiri prediksikan harga batubara hingga akhir tahun akan bergerak di harga US$ 70- US$ 80 per ton di tahun 2020.

Baca Juga: Menilik rencana pemerintah ubah lahan bekas tambang jadi ladang energi terbarukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×