kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini efek dekonsolidasi Meikarta pada kinerja Lippo Cikarang (LPCK)


Rabu, 06 Maret 2019 / 06:40 WIB
Ini efek dekonsolidasi Meikarta pada kinerja Lippo Cikarang (LPCK)


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) tidak lagi mengonsolidasi proyek Meikarta pada laporan kinerja akhir 2018. Perubahan ini menyebabkan aset LPCK melorot dan laba bersih melonjak.

Laba bersih LPCK melonjak 487,55% menjadi Rp 2,15 triliun dari sebelumnya hanya Rp 366,77 miliar. Lonjakan laba ini berasal dari keuntungan pencatatan investasi pada entitas asosiasi dengan nilai wajar yang mencapai Rp 2,36 triliun.

Keuntungan ini merupakan selisih antara nilai investasi pada entitas anak sebelum hilangnya pengendalian pada PT Mahkota Sentosa Utama yang merupakan pengembang Meikarta. Sekadar mengingatkan, LPCK sebelumnya memiliki 49,72% saham Mahkota Sentosa Utama. Tahun lalu, LPCK melepas kepemilikan ini.

Efek pelepasan kepemilikan pada pengembang Meikarta ini adalah penurunan aset. "Persediaan berkurang sebesar Rp 4,08 triliun atau turun 50,6% dibandingkan dengan tahun 2017, terutama disebabkan oleh dekonsolidasi PT Mahkota Sentosa Utama," ungkap Hong Kah Jin, Direktur Lippo Cikarang dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Selasa (5/3).

Efek keluarnya Meikarta dari laporan keuangan LPCK lainnya adalah penurunan aset nonkeuangan tidak lancar lainnya sebesar Rp 569 miliar atau turun 67,9% dari sebelumnya.

Alhasil, total aset LPCK di akhir 2018 turun 31% atau sebesar Rp 3,87 triliun menjadi Rp 8,59 triliun dari tahun 2017 yang masih sebesar Rp 12,45 triliun. Total liabilitas LPCK merosot 64,18% menjadi Rp 1,69 triliun akibat penurunan uang muka pelanggan menjadi hanya Rp 572,77 miliar dari sebelumnya Rp 2,85 triliun. Sementara di sisi ekuitas ada kenaikan saldo laba menjadi Rp 6,25 triliun dari sebelumnya Rp 4,09 triliun.

Dari sisi operasional, LPCK mencatatkan kinerja cenderung positif. Emiten sektor properti ini mencatat kenaikan penjualan 47,19% secara tahunan menjadi Rp 2,20 triliun pada akhir 2018. 

Kenaikan penjualan ini terjadi meski ada penurunan di sektor hunian dan apartemen. Lonjakan terjadi pada penjualan segmen lahan komersial dan rumah toko yang mencapai 1.482% menjadi Rp 857,49 miliar dari tahun sebelumnya Rp 54,19 miliar.

Tapi, kontribusi pendapatan terbesar masih berasal dari penjualan rumah hunian dan apartemen. Segmen ini turun 17,13% menjadi Rp 935,40 miliar dari tahun sebelumnya Rp 1,13 triliun.

Segmen usaha pengelolaan kota naik 23% yoy menjadi Rp 273,74 miliar. Lalu segmen penjualan tanah industri juga naik 10% yoy menjadi Rp 76,75 miliar. Untuk segmen sewa dan lainnya berkontribusi sebesar Rp 66,19 miliar atau naik 5% yoy di akhir 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×