Reporter: Namira Daufina | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Suntikan optimisme dari Aljazair mengenai pertemuan OPEC yang akan digelar akhir bulan nanti berhasil mendongkrak harga jual minyak mentah WTI. Meski masih berkutat di bawah US$ 45 per barel, namun kenaikan hari ini sudah lebih dari 1%.
Mengutip Bloomberg, Senin (7/11) pukul 14.13 WIB harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Desember 2016 di New York Mercantile Exchange terbang 1,66% di level US$ 44,80 per barel dibanding hari sebelumnya.
Menteri Energi Aljazair, Noureddine Boutarfa, masih optimistis akan tercapai kesepakatan antar produsen OPEC untuk menetapkan pembatasan kuota produksi dalam pertemuan 30 November 2016 nanti. Tentunya ini menyuntikkan tenaga bagi minyak WTI yang sudah terpuruk jauh.
Di sisi lain, US Geological Survey melaporkan terjadi gempa bumi dengan gelombang 5 magnitude di Oklahoma, pada Minggu (6/11) kemarin. Posisi gempa ini sangat dekat dengan penyimpanan cadangan minyak terbesar AS. Efeknya, operator jaringan minyak AS, Pipeline Co., harus menghentikan aktivitasnya untuk sementara waktu.
Meski dilaporkan tidak ada kerusakan yang dialami, hanya saja aktivitas produksi dan distribusi minyak AS ini baru bisa berjalan normal hari ini. Pemberhentian aktivitas sementara jelas berhasil melonjakkan harga minyak WTI.
“Ada banyak ketidakpastian di pasar saat ini yang mendukung pergerakan volatile, sembari menanti arah kelanjutan dari hasil pertemuan OPEC nantinya,” kata Ric Spooner, Chief Market Analyst CMC Market seperti dikutip dari Bloomberg.
Tentunya sembari menanti hasil pemilu Presiden AS yang akan digelar besok. Selama ketidakpastian masih tinggi maka harga minyak WTI masih bisa terkikis lagi. Pasalnya pelaku pasar jelas memilih untuk berlindung pada aset safe haven dan meninggalkan komoditas. Namun dengan dukungan fundamental saat ini, harga minyak WTI diprediksi bisa pertahankan kenaikannya sesaat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News