Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah yang berkepanjangan dapat mempengaruhi prospek obligasi dan reksadana beraset surat utang. Pasalnya, bila rupiah terus tertekan, Bank Indonesia bisa saja mengintervansi dan menaikkan suku bunga untuk mendorong apresiasi mata uang.
Head of Investment Research Infovesta Utama wawan Hendrayana menjelaskan, prospek obligasi sangat bergantung pada suku bunga acuan. Semakin rendah angka acuan yang diberikan BI, maka imbal yang ditawarkan menjadi semakin menarik.
"Indikatornya melihat asing outflow, bila asing terus keluar maka kita harus perhatikan," jelasnya kepada KONTAN.
Namun ia merasa suku bunga bakal stabil hingga akhir tahun mengingat kondisi perekonomian Indonesia tetap stabil. Sehingga kemungkinan rupiah tembus ke level Rp 14.000 bakal minim.
Wawan merekomendasikan bagi investor dan pengelola aset untuk melakukan diversifikasi untuk menekan risiko. Ia menyarankan untuk menempatkan 40% aset pada saham, 40% pada obligasi dan 20% pada pasar uang.
Namun ia yakin, pemerintah bakal terus mengamankan iklim investasi dan tidak mengharuskan aksi konversi yang besar. "Pemerintah akan terus menekan suku bunga agar inflasi dan investasi bisa naik," jelas Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News