Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatatkan total penawaran dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) yang berlangsung pada Selasa (11/7) mencapai Rp 47,79 triliun, lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya yang sebesar Rp 37,56 triliun. Namun, pemerintah memutuskan untuk menyerap sebesar Rp 13 triliun saja.
Mayoritas permintaan investor dalam lelang kali ini tertuju pada seri SUN tenor 5 tahun dan 10 tahun. Penawaran untuk dua tenor tersebut mencapai Rp 26,93 triliun atau 56,53% dari total penawaran.
Sementara itu, berdasarkan nominal yang dimenangkan, nilainya sebesar Rp 5,15 triliun atau 40,0% dari total nominal dimenangkan.
Baca Juga: Kemenkeu Catat Penawaran Rp 47,79 Triliun pada Lelang SUN Selasa (11/7)
Total penawaran investor asing pada lelang SUN kali ini juga meningkat signifikan menjadi Rp 9,66 triliun, dari Rp 5,93 triliun pada lelang sebelumnya. Penawaran investor asing paling banyak masuk untuk seri SUN bertenor panjang, yakni tenor 10 tahun dan 15 tahun.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, tingginya minat investor pada lelang SUN kali ini didorong oleh rilis data inflasi domestik pekan lalu.
Inflasi Indonesia bulan Juni 2023 tercatat sebesar 3,52% year on year (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,01% yoy dan ekspektasi konsensus yang sebesar 3,64% yoy.
"Kemudian, investor asing memburu tenor yang lebih panjang disebabkan oleh yield yang menarik serta potensi capital gain yang lebih besar di tengah sentimen dari dalam negeri yang sedang bagus," tutur Fajar saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (11/7).
Ke depannya, Fajar memprediksi pasar obligasi Indonesia akan tetap tangguh di tengah kenaikan yield obligasi pemerintah AS akibat sikap hawkish The Fed. Hal ini didorong oleh masih solidnya fundamental ekonomi domestik seperti tingkat inflasi dan nilai tukar yang terkendali.
Baca Juga: Kembali Incar Tenor Menengah, Investor Masih Ramai Ikuti Lelang SUN, Selasa (27/6)
"Kenaikan yield US Treasury dalam waktu dekat mungkin akan sedikit memberikan sentimen negatif, terutama negara-negara dengan fundamental agak rapuh," ucap Fajar.
Bagi Indonesia, pasar obligasi ke depannya juga akan dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan inflasi domestik dan potensi pelonggaran moneter dari Bank Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News