Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Tekanan akan bertambah dengan adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) untuk tahun 2024.
"Sehingga sampai kuartal IV ini, bahkan di tahun 2024 belum melihat titik terangnya, apalagi dari ekonomi global juga melambat," kata Vicky kepada Kontan.co.id, Rabu (22/11).
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian punya pandangan serupa, tekanan di industri tekstil masih sangat tinggi, terutama jika perlambatan ekonomi global berlanjut sampai tahun depan.
Menimbang berbagai katalis negatif yang mengiringi, Fajar pun menyarankan pelaku pasar berhati-hati atau wait and see terhadap saham-saham emiten tekstil, sembari mencermati perkembangan di industri ini.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana sepakat, secara teknikal kondisi saham emiten tekstil lebih layak untuk wait and see. Apalagi belum ada katalis yang dapat mendorong saham-saham emiten tekstil. Dus, saat ini pelaku pasar lebih baik memilih saham-saham di sektor lain yang lebih prospektif.
"Kami mencermati dari sisi indikator yang masih rawan terkoreksi begitu pula dari volume yang cenderung volatile dan tidak begitu besar. Jadi apabila ingin masuk, bisa wait and see dan mungkin dapat mencermati emiten-emiten lain di luar industri ini," kata Herditya.
Vicky menimpali, banyaknya saham emiten tekstil yang bergerak stagnan, turun atau terkena suspensi cukup menggambarkan respons pasar atas kondisi industri TPT. Vicky pun menyarankan agar terlebih dulu menghindari saham-saham emiten tekstil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News