kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri reksadana dapat ujian berat, investor diimbau jangan panik


Selasa, 26 November 2019 / 06:27 WIB
Industri reksadana dapat ujian berat, investor diimbau jangan panik
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Reksadana. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/15/09/2019


Reporter: Azis Husaini, Ika Puspitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri reksadana tanah air tengah mengalami ujian yang cukup berat. Kondisi yang terjadi saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membekukan dan membubarkan sejumlah reksadana yang bermasalah. Setelah Narada Asset Manajemen, OJK juga membubarkan enam produk reksadana yang dikelola oleh manager investasi Minna Padi Aset Manajemen (MPAM). Total nilai dana kelolaan enam reksadana ini mencapai sekitar Rp 6 triliun. 

Beberapa saham yang masuk dalam portfolio Minna Padi Pasopati Saham seperti PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk ( BJTM). Selanjutnya beberapa saham yang terdapat dalam Minna Padi Pringgodani Saham, misalnya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), serta PT Wijaya Karya (WIKA).

Jika dilihat, banyak saham bagus yang menjadi portofolio Minna Padi yang dibubarkan tersebut. Alhasil, analis meramal, hal ini akan membuat pasar saham tertekan dalam beberapa waktu ke depan. 

Baca Juga: Danareksa Investment Management luncurkan reksadana ETF perdana

“Aturannya kan kalau dibubarkan, berarti dalam waktu 60 hari kerja melakukan penjualan. Fund manager akan menjual sahamnya, kemudian sulit bagi indeks untuk naik dalam waktu dekat ini, ya minimal Desember sampai Januari mungkin agak tertekan,” papar Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee. 

Ia khawatir apabila ada kasus serupa akan dapat memperpanjang tekanan terhadap pasar. Memang, OJK terus melakukan penertiban investasi reksadana, sebelumnya OJK telah menghentikan penjualan produk reksadana yang dikeluarkan PT Narada Aset Manajemen.

Baca Juga: Investor reksadana Bukareksa hampir tembus 50.000

“Kalau ada yang menyusul akan butuh waktu,” tambahnya.

Dengan pembubaran produk itu, ia menuturkan bakal berdampak terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berpeluang terkoreksi cukup dalam. Namun hal itu juga bukan satu-satunya sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG.   

Baca Juga: Reksadana target waktu, ini dia plus minusnya

Kecemasan Hans memang berdasar. Transaksi perdagangan IHSG terpangkas dalam. Imbasnya, dalam sebulan terakhir, IHSG melemah 3,11%. Saham-saham yang menjadi isi produk reksadana dari aset manajemen bermasalah juga bergejolak.

Tak hanya itu, IHSG juga masih dipengaruhi oleh negosiasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. “Kita melihat peluang IHSG akan terkoreksi ke level 5.000an, semoga Desember rebound ke angka 6.200 itu sudah bagus untuk indeks,” jelasnya. 

Baca Juga: Proyeksi IHSG: Ada Peluang Menguat Meski Dihantui Kasus Reksadana

Jangan panik

Kondisi ini membuat investor cemas. Mereka khawatir, kinerja reksadananya akan turun dalam di tahun ini. Tak sedikit investor yang akhirnya memutuskan melakukan penarikan (redeem) atas kepemilikan reksadana miliknya.

Investor diminta untuk tidak mengambil tindakan gegabah dalam menyikapi kondisi pasar reksadana saat ini. Meskipun saat ini tengah terjadi beberapa masalah pada bisnis reksadana, namun secara industri kinerja instrumen investasi tersebut masih positif.

Baca Juga: Ada Reksadana ditutup, ini yang dilakukan Investor

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, secara industri kinerja reksadana Tanah Air cukup positif dan tidak memiliki masalah apalagi likuiditas. Bahkan per Oktober 2019 total dana kelolaan berhasil menembus rekor baru sekitar Rp 540 triliun.  

Terkait hal itu, investor diminta untuk kembali ke tujuan awal berinvestasi. Umumnya investor yang masuk reksadana saham memiliki tujuan berinvestasi jangka panjang atau hingga 5  tahun. Sedangkan untuk jangka pendek bisa masuk ke reksadana pasar uang. 

Baca Juga: OJK bubarkan 6 produk reksadana Minna Padi, ini dampaknya ke IHSG

Sehingga, keputusan untuk redeem pun diharapkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Wawan juga menekankan bahwa diversifikasi perlu dilakukan, terlebih saat kondisi makro ekonomi tahun ini dan tahun depan lebih mengacu ke prospek reksadana berbasis obligasi, ketimbang saham.

"Intinya investor jangan melakukan panic selling, harus sesuai peruntukkannya. Investor juga bisa melakukan switching, misal dari pasar uang ke pendepatan tetap, sesuai profil risiko masing-masing," jelasnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×