Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
Untuk bisa bertahan dari persaingan di industri telekomunikasi, para emiten harus melakukan diversifikasi bisnis. Salah satu peluang yang terbuka lebar saat ini adalah fiber optik.
Robertus menilai saat ini ada dua emiten yang sudah berada di jalur yang jelas di bisnis fiber optik, yakni MTEL dan TOWR. Namun komposisi TOWR sudah lebih besar dibandingkan Mitratel.
Per September 2023, TOWR telah mengakumulasi lebih dari 196.000 kilometer fiber optik untuk bisnis Fiber To The Tower (FTTT) dan broadband. Sementara MTEL mencapai 29.042 kilometer.
Baca Juga: Soal Rencana Merger dengan FREN, Begini Tanggapan XL Axiata (EXCL)
"Tahun ini penentuan bagi perusahaan menara, apakah bisa mengakselerasi fiber optik untuk menggantikan pendapatan yang hilang atau hanya bisa bergantung pada mobile," kata Robertus.
Niko mencermati saat ini para emiten menara sedang berlomba-lomba untuk mengincar posisi strategi yang lebih baik di bidang infrastruktur Information and Communication of Technology (ICT).
BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan pendapatan para emiten menara akan tumbuh pada 2024. Ini sebabkan oleh meningkatnya fiber optik di Jawa dan Pulau Jawa.
"Konsolidasi perusahaan telekomunikasi yang sedang berlangsung akan meningkatkan skala dan peluang penetrasi telekomunikasi yang lebih dalam di luar Jawa," jelas Niko.
Baca Juga: Mitratel (MTEL) Mengakuisisi Puluhan Menara Telekomunikasi dari EXCL
BRI Danareksa Sekuritas menyematkan peringkat overweight pada sektor menara telekomunikasi dengan saham pilihan jatuh pada MTEL. Dia merekomendasikan beli MTEL dengan target harga Rp 960.
Sementara itu, Asset Sekuritas merekomendasikan trading buy TOWR dengan target Rp 1.160. Kemudian buy MTEL dengan target Rp 720 dan rekomendasi hold untuk TBIG dengan target Rp 2.270.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News