kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Indika Energy (INDY) Hadapi Risiko Fluktuasi Batubara, Simak Rekomendasi Sahamnya


Selasa, 06 Mei 2025 / 19:50 WIB
Indika Energy (INDY) Hadapi Risiko Fluktuasi Batubara, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. PT Indika Energy Tbk (INDY) diperkirakan masih akan menghadapi kesulitan dalam memulihkan kinerjanya selepas kuartal I-2025.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) diperkirakan masih akan menghadapi kesulitan dalam memulihkan kinerjanya selepas kuartal I-2025. Walau begitu, upaya diversifikasi bisnis dapat menjadi kunci penguatan kinerja INDY pada masa mendatang.

Seperti yang diketahui, INDY mengalami penurunan pendapatan 13,7% year on year (yoy) menjadi US$ 489,6 juta pada kuartal I-2025, sedangkan laba bersihnya turun 85,57% yoy menjadi US$ 2,9 juta.

Head of Corporate Communication Indika Energy Ricky Fernando menyampaikan, kinerja INDY cukup terpengaruh oleh penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara. Pada kuartal I-2025, ASP batubara INDY tercatat sebesar US$ 52 per ton atau turun 12,9% yoy.

Baca Juga: Indika Energy (INDY) Putuskan Bagi Dividen US$ 5,04 Juta

Di tengah penurunan ASP tersebut, INDY tetap mampu menjual batubara sebanyak 7,3 juta ton pada kuartal I-2025. Dari jumlah tersebut, sebanyak 41% di antaranya ditujukan untuk pasar domestik atau melebihi kuota Domestic Market Obligation (DMO) batubara sebesar 25%.

Pihak INDY pun terus berbenah guna memperbaiki kinerja keuangannya pada kuartal-kuartal berikutnya.

“Selain efisiensi biaya dan peningkatan produktivitas, kami juga fokus pada diversifikasi pendapatan, penguatan sinergi antar anak usaha, dan pencarian peluang investasi strategis yang berkelanjutan,” ungkap dia, Selasa (6/5).

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Muhammad Thoriq Fadilla menyebut, sejak awal 2025, harga batubara global cenderung stagnan dan belum memperlihatkan pemulihan signifikan. Hal ini jelas berdampak pada volume produksi batubara maupun pendapatan INDY. 

Di sisi lain, aktor eksternal seperti fluktuasi nilai tukar juga memberi tekanan tersendiri. Saat mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS, maka biaya operasional terutama yang berbasis impor ikut meningkat.

“Hal inilah yang menurut kami membuat beban usaha INDY membengkak dan menggerus laba bersih secara signifikan,” tutur dia, Selasa (6/5).

Thoriq menambahkan, peluang perbaikan kinerja INDY dalam jangka pendek masih cukup terbatas, terutama bila harga batubara tidak menunjukkan penguatan yang berarti dalam waktu dekat. 

Namun, adanya status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang dimiliki anak usaha PT Kideco Jaya Agung bisa menjadi angin segar bagi INDY. Berdasarkan laporan Fitch Ratings, tarif royalti Kideco bisa turun menjadi 19% dari sebelumnya 28% bila mengacu pada harga batubara US$ 128 per ton.

Kondisi ini tentu memberi ruang bagi INDY untuk menjaga margin keuntungan, meski harga komoditas belum begitu mendukung. Namun, perlu diingat juga, saat ini ada potensi perubahan kebijakan di mana pemerintah tengah mempertimbangkan kembali penyesuaian tarif royalti untuk pemegang IUPK. 

Baca Juga: Kerek Kinerja, Indika Energy (INDY) Andalkan Diversifikasi Bisnis

"Jika ini benar-benar terealisasi, maka potensi efisiensi tadi bisa kembali tertekan,” imbuh Thoriq.

Lebih lanjut, Thoriq juga mengapresiasi strategi diversifikasi INDY. Salah satu hal yang menarik adalah langkah INDY masuk ke industri tambang emas melalui proyek Awak Mas. Proyek ini diprediksi mulai beroperasi pada semester II-2026 dengan target produksi sekitar 100.000 ons troi —140.000 ons troi per tahun dan biaya kas sekitar US$ 1.200 per ons troi.

Berkaca pada tren harga emas yang menguat, lini bisnis ini berpotensi menjadi penopang pendapatan baru bagi INDY dalam jangka menengah hingga panjang. Langkah ini juga dapat mengurangi eksposur terhadap fluktuasi batubara.

Manajemen INDY sendiri menyatakan akan terus aktif melakukan diversifikasi. Tak hanya tambang emas, INDY juga memperkuat portofolio di sektor kendaraan listrik melalui merek ALVA dan layanan Fleet as a Service (FaaS) melalui Kalista.

INDY juga mendorong pengembangan proyek energi surya melalui EMITS, solusi berbasis alam melalui Indika Nature, hingga bisnis logistik melalui Interport.

Baca Juga: Laba Indika Energy (INDY) Anjlok 91,57% Jadi US$ 10,08 Juta pada 2024, Ini Pemicunya

“Fokus diversifikasi kami tetap pada sektor non-batubara yang selaras dengan target transisi energi dan komitmen mencapai net-zero,” kata Ricky.

Thoriq merekomendasikan beli saham INDY di area Rp 1.450— Rp 1.470 per saham dengan target harga di level Rp 1.660 per saham dan stop loss di level Rp 1.420 per saham. 

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana turut merekomendasikan trading buy saham INDY dengan support di level Rp 1.405 per saham dan resistance di level Rp 1.550 per saham serta target harga di kisaran Rp 1.585—Rp 1.645 per saham.

Selanjutnya: Trump Mengadakan Pesta Makan Malam Seharga Rp 24 Miliar per Piring, Dalam Rangka Apa?

Menarik Dibaca: 4 Varian Micellar Water Wardah Sesuai Jenis Kulit untuk Hapus Makeup dan Kotoran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×