Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) percaya diri dapat memperbaiki kinerja keuangannya pada 2025. Emiten ini juga tetap fokus pada upaya diversifikasi bisnis di sektor non-batubara.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan INDY tergerus 19,14% year on year (yoy) menjadi US$ 2,45 miliar pada akhir 2024. Pada periode yang sama, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk INDY juga merosot 91,58% yoy menjadi US$ 10,08 juta.
Head of Corporate Communications Indika Energy Ricky Fernando menyampaikan penurunan pendapatan dan laba bersih INDY pada 2024 cukup dipengaruhi oleh koreksi harga jual rata-rata batubara dibandingkan tahun sebelumnya.
Walau begitu, INDY tetap mampu membukukan kenaikan volume penjualan batubara sebesar 1,8% yoy menjadi 31,1 juta ton melalui PT Kideco Jaya Agung.
“Kideco mendapat persetujuan atas volume produksi tambahan dari pemerintah pada bulan Oktober 2024,” ujar dia kepada Kontan, Senin (14/4).
Baca Juga: Laba Indika Energy (INDY) Anjlok 91,57% Jadi US$ 10,08 Juta pada 2024, Ini Pemicunya
Manajemen INDY tidak membeberkan proyeksi kinerja keuangan maupun operasional pada 2025. Terlepas dari itu, INDY bakal terus menjalankan strategi bisnis yang terukur untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Emiten ini juga senantiasa menjaga stabilitas keuangan dan operasional serta mengembangkan kapasitas organisasi.
Lebih lanjut, INDY juga terus memperkuat diversifikasi usaha di sektor non batubara, seperti di sektor mineral dan kendaraan listrik. “Di tahun 2024 hampir 90% dari realisasi capital expenditure (capex) Indika Energy digunakan untuk bisnis non-batubara,” kata Ricky.
Dalam catatan Kontan, INDY mengalokasikan capex senilai US$ 267,7 juta pada 2024. Mayoritas capex tersebut digunakan untuk pengembangan proyek Awak Mas, kendaraan listrik, dan nature-based solutions.
Khusus di sektor kendaraan listrik, INDY melalui PT Illectra Motor Group (IMG) telah memproduksi dan memasarkan sepeda motor listrik merek ALVA. INDY juga telah memperkenalkan merek Kalista yang merupakan perusahaan fleets as a service (FaaS) untuk mendukung bisnis dalam transis energi melalui layanan penyewaan kendaraan listrik roda empat dan roda dua.
Baca Juga: Indika Energy Usai Dirikan Anak Usaha Baru, Cermati Rencana Bisnis
Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila mengatakan, secara umum prospek kinerja INDY masih akan dibayangi oleh volatilitas harga batubara, terutama akibat kekhawatiran terhadap penerapan kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS).
Kendati begitu, diharapkan permintaan batubara dari China dan India tetap kuat, sehingga dapat membantu peningkatan kinerja penjualan INDY.
“Kekuatan efisiensi operasional juga merupakan sentimen positif bagi INDY,” imbuh Indy, Senin (14/4).
Dia melanjutkan, strategi diversifikasi bisnis yang sejalan dengan visi transisi energi juga bisa menjadi penopang kinerja INDY pada masa mendatang. Upaya ini juga bisa meminimalisir risiko yang dihadapi INDY ketika harga batubara mengalami tren koreksi.
Lantas, Indy merekomendasikan buy on weakness saham INDY dengan target harga di level Rp 1.800 per saham.
Selanjutnya: Waspadai Cadangan Devisa Berpotensi Terkikis Imbas Aksi Saling Balas Tarif AS-China
Menarik Dibaca: 5 Makanan untuk Daya Tahan Tubuh Lebih Kuat di Musim Hujan, Tidak Gampang Sakit!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News