Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja indeks unggulan Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni LQ45, IDX30 dan IDX80 masih loyo sepanjang tahun berjalan ini. Bahkan kinerjanya lebih buruk dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hingga akhir perdagangan Selasa (15/7), indeks LQ45 terkoreksi 5,71%, IDX30 sudah turun 4,97% dan IDX80 melemah 4,26%. Sementara sepanjang 2025 berjalan ini, IHSG masih positif 0,86%.
Direktur Infovesta Utama Parto Kawito mencermati indeks-indeks buatan Bursa dibentuk berdasarkan perhitungan floating market cap sehingga konstituennya relatif mirip-mirip.
“BEI perlu mengeluarkan indeks saham dengan kriteria berbeda. Misalkan, berdasarkan momentum pergerakan saham atau analisis teknikal,” jelasnya, kepada Kontan, Kamis (15/7).
Baca Juga: IHSG Diprediksi Fluktuatif, Simak Rekomendasi Saham untuk Rabu (16/7)
Ini mengingat saham-saham yang menjadi mendorong IHSG tak masuk ketiga indeks unggulan. Misalnya, saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang melesat 268,29% secara year to date.
Kemudian ada saham-saham milik taipan Prajogo Pangestu, yang tengah mengalami kenaikan. Pasalnya, hanya PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang masuk indeks unggulan itu.
Sisanya saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang sedang naik daun tidak masuk ke indeks unggulan.
Sepanjang tahun berjalan ini, TPIA sudah melesat 30% dan menyumbang 50,57 poin terhadap IHSG. Kenaikan CUAN sebesar 45,85% berkontribusi sebesar 20,70 poin pada IHSG.
Parto menilai pergerakan indeks LQ45, IDX80 dan IDX30 kurang mencerminkan kinerja universe di Bursa Efek Indonesia. Menurutnya, BEI perlu membuat indeks baru ketimbang melakukan evaluasi.
“Buat indeks baru yang bisa mengakomodasi saham-saham pendorong indeks sehingga manajer investor bisa pakai indeks tersebut sebagai investment universe,” ucap dia.
Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Utama menilai saat ini masih banyak saham yang menarik di LQ45, hanya saja volatilitas sahamnya tidak setinggi saham-saham konglomerasi grup besar seperti Prajogo Pangestu.
Ekky mencermati beberapa saham LQ45 mulai menunjukkan sinyal teknikal positif. Misalnya, UNTR yang terlihat mulai berbalik arah dan menguat dalam beberapa hari terakhir.
Kemudian ada ERAA masih berada dalam tren bullish. Sementara EXCL baru saja breakout dari resistance di Rp 2.350 dan menunjukkan momentum penguatan lanjutan.
Baca Juga: IHSG Menanti Data Ekonomi Global dan Arah BI Rate, Cek Rekomendasi Saham Rabu (16/7)
“Jadi bagi investor, tetap banyak peluang yang bisa dimanfaatkan di saham-saham LQ45 baik untuk jangka pendek maupun panjang. Apalagi banyak saham yang di bawah harga wajar,” ucap Ekky.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menilai ketiga indeks tersebut masih cukup relevan sebagai acuan indeks walaupun memang secara kinerja belum membaik.
“Ini mengingat di dalam indeks tersebut juga memiliki saham-saham yang likuid dan memberikan dividen yang menarik bagi investor,” jelas Azis.
Dari tiga indeks unggulan itu, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan beli AMMN dengan target harga di Rp 9.950 per saham dan beli BPRT dengan target harga di Rp 2.320.
Selanjutnya: Masih Merugi Rp 2,13 triliun, Cermati Penjelasan Manajemen Waskita Karya (WSKT)
Menarik Dibaca: Edukasi Hidup Bersih dan Sehat, Guardian Gelar Guardiancares
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News