kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indeks saham sektor barang konsumsi terpuruk, adakah saham yang masih menarik?


Minggu, 08 Desember 2019 / 18:01 WIB
Indeks saham sektor barang konsumsi terpuruk, adakah saham yang masih menarik?
ILUSTRASI. Rokok Gudang Garam (GGRM). Kenaikan cukai rokok tahun depan paling menekan indeks saham sektor barang konsumsi


Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2019,  indeks saham sektor consumer goods atau indeks barang konsumsi mengalami koreksi paling dalam dibanding indeks saham sektoral yang lain. Berdasar data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat (6/12), indeks saham sektor barang konsumsi minus 20,01% year to date (ytd).

Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) yang akan diterapkan per 1 Januari 2020 memperberat saham-saham  emiten rokok.

Baca Juga: Saham HM Sampoerna (HMSP) dan Gudang Garam (GGRM) anjlok, begini rekomendasi analis

Padahal saham-saham rokok menjadi penggerak indeks saham sektor ini. Tidak mengherankan jika indeks saham barang konsumsi juga ikut tertekan.

Adapun kebijakan cukai yang baru tertuang pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 152/PMK.010/2019 tentang Perubahan Kedua atas PMK Nomor 146/PMK.010/2017 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau. Rata-rata kenaikan tarif CHT sebesar 21,55%.

Ke depannya sektor rokok masih menjadi pemberat indeks saham barang konsumsi. Namun, penurunannnya tidak akan sebesar yang terjadi tahun ini.

Sebab, kata Afred, penurunan saham sektor rokok yang terjadi saat ini merupakan respons pasar atas kondisi tahun depan. Artinya, ketika kebijakan cukai baru diimplementasikan, ruang penurunannya tidak akan sebesar sekarang. Sehingga, indeks saham barang konsumsi pun dirediksi tidak akan terkoreksi sedalam tahun ini.  

Selain saham-saham rokok, saham sektor barang konsumsi lainnya masih memiliki prospek positif ke depannya.  

Baca Juga: Meski Cukai Rokok Naik, Indonesian Tobacco Yakin Kinerja Bisa Melejit

" Ada dua faktor,  sisi top line dan sisi cost yang kemungkinan  mendapat ruang yang bagus dari struktur ekonomi kita yang semakin baik," kata Alfred ketika ditemui Kontan.co.id di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (6/12).

Alfred melihat sisi top line emiten sektor barang konsumsi akan membaik. Hal ini berkaca pada indeks keyakinan konsumen yang dirilis sampai bulan November 2019 yang bertumbuh dan kemungkinan akan berlanjut. Artinya, daya beli masyarakat masih cukup kuat ke depan.

 Asal tahu saja, Berdasar data dari Bank Indonesia (BI) optimisme konsumen per November 2019 menguat. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2019 meningkat menjadi 124,2 dari bulan sebelumnya yang sebesar 118,4.

Baca Juga: Keluar dari daftar 10 emiten big caps, ini rekomendasi saham Gudang Garam (GGRM)

Di sisi lain, emiten-emiten sektor barang konsumsi dinilai bisa melakukan efisiensi biaya dan ini diprediksi akan berlanjut. Salah satu hal yang bisa menekan biaya perusahaan adalah logistik yang semakin rendah karena infrastruktur membaik. Di sisi lain, harga minyak diprediksi cukup stabil tahun depan.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih menjadi saham sektor barang konsumsi yang direkomendasikan Alfred. Dua emiten tersebut memiliki performa yang baik sepanjang tahun 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×