CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Indeks Dolar AS Menguat, Valas Ini Bisa Jadi Alternatif Bagi Investor


Jumat, 21 November 2025 / 20:16 WIB
Indeks Dolar AS Menguat, Valas Ini Bisa Jadi Alternatif Bagi Investor
ILUSTRASI. Suasana tempat penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/9). Indeks dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini berada dalam tren penguatan. Di tengah keperkasaan dolar AS, sejumlah valuta asing (valas) lain tetap memiliki daya tarik yang menjanjikan sebagai aset investasi bagi para investor./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/05/09/2018.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini berada dalam tren penguatan. Di tengah keperkasaan dolar AS, sejumlah valuta asing (valas) lain tetap memiliki daya tarik yang menjanjikan sebagai aset investasi bagi para investor.

Mengutip Bloomberg, indeks dolar AS (DXY) terpantau terkoreksi tipis 0,05% ke level 100,112 pada Jumat (21/11) pukul 14.05 WIB. Namun, belakangan ini sebenarnya indeks dolar AS mengalami tren penguatan. Dalam sebulan terakhir, indeks dolar AS telah menguat 1,19%. Pada Rabu (19/11/2025) lalu, indeks dolar AS juga sempat menyentuh level 100,228 atau level tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, penguatan indeks dolar AS sebagian besar dipengaruhi prospek kebijakan moneter The Fed. Meski spekulasi pemangkasan suku bunga sempat muncul, data pasar tenaga kerja AS justru menunjukkan stabilisasi. Komentar pejabat The Fed yang menegaskan bahwa inflasi AS masih di atas target seolah menjadi isyarat bahwa bank sentral harus menahan diri dari pemangkasan suku bunga. 

Ekspektasi tersebut, ditambah dengan risalah FOMC yang memperlihatkan terpecahnya suara pejabat The Fed soal kebijakan moneter, telah memperkuat pandangan bahwa suku bunga acuan AS akan terap tinggi untuk waktu yang lebih lama.

"Hal ini meningkatkan daya tarik imbal hasil US Treasury dan mata uang dolar AS," ujar dia, Jumat (21/11/2025).

Baca Juga: Indeks Dolar Menguat, Investor Mulai Berburu Aset Berbasis USD

Dia menambahkan, di tengah dominasi dolar AS, mata uang yang masih menarik bagi investor biasanya didukung oleh fundamental domestik yang kuat atau memiliki kebijakan moneter yang ketat. Di samping itu, valas dengan imbal hasil kompetitif atau diperkuat oleh kenaikan harga komoditas utama tentu layak dipertimbangkan investor.

"Misalnya, mata uang yang didukung komoditas seperti dolar Kanada atau dolar Australia bisa menarik jika prospek permintaan perbaikan global, ataupun mata uang dari negara yang bank sentralnya masih memerangi inflasi secara agresif," tutur dia.

Tak hanya itu, ketika berburu valas, investor juga akan mencari mata uang dengan tingkat suku bunga riil positif yang tinggi atau yang menawarkan perlindungan dari devaluasi. Adapun potensi pertumbuhan valas di luar dolar AS, menurut Sutopo bergantung pada sejauh mana ekspektasi pemotongan suku bunga acuan The Fed ditunda dan respons bank sentral domestik terhadap tekanan inflasi maupun pertumbuhan ekonomi masing-masing.

Baca Juga: Harga Emas Memudar Terbebani Penguatan Dolar AS

Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menilai, ketika indeks dolar AS melonjak, mata uang lain biasanya rawan tertekan. Namun, ada beberapa pasangan valas yang tetap bisa menjadi pilihan alternatif bagi investor seperti EUR/USD, GBP/USD, dan JPY/USD.

Mata uang euro (EUR) cukup aktif diperdagangkan kendati sensitif terhadap dinamika realisasi data-data ekonomi Eropa dan AS. Poundsterling (GBP) juga menawarkan likuiditas tinggi, namun volatilitas mata uang ini juga cukup tinggi. Adapun mata uang yen Jepang (JPY) dianggap menarik karena faktor geopolitik Jepang-China dan kebijakan Bank Sentral Jepang.

“Ketiga pasangan ini dianggap paling likuid dan ramai diperdagangkan di pasar valas,” terang Ibrahim, Jumat (21/11/2025).

Namun, Ibrahim mengingatkan bahwa risiko investasi pada valas selain dolar AS cukup besar. Di samping volatilitas yang tinggi, adanya margin trading juga bisa membahayakan bagi investor pemula. Jika investor salah mengambil posisi satu lot saja, maka investor bisa rugi dan modalnya habis.

Baca Juga: Bursa Asia Mixed, Pasar Cermati Data Ekonomi AS yang Terbatas dan Pelemahan Yen

Di lain pihak, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menambahkan, franc Swiss (CHF) masih memiliki daya tarik tinggi di mata para investor yang mencari valas dengan karakteristik safe haven. Alhasil, CHF cukup ramai diperdagangkan di pasar valas. 

“Dari tiga mata uang safe haven seperti CHF, USD, dan JPY, tampaknya CHF masih sangat diminati investor,” tukas dia, Jumat (21/11/2025).

Strategi investasi

Terlepas dari itu, para analis menyebut bahwa alokasi valas dalam portofolio investor harus disesuaikan dengan profil risiko. Namun, karena dolar AS sedang perkasa, Sutopo merekomendasikan agar porsi valas lebih konservatif dan diposisikan untuk tujuan diversifikasi dan lindung nilai. 

Bagi investor konservatif, alokasi valas dapat berkisar antara 10%—20% dari total portofolio dengan fokus pada mata uang safe haven dan berlikuiditas tinggi. Sedangkan bagi investor moderat, porsi valas dapat ditingkatkan hingga 20%—35% yang mencakup kombinasi mata uang safe haven dan mata uang komoditas yang menawarkan yield kompetitif. 

“Valas selain dolar AS sangat layak dipegang untuk jangka panjang asalkan didukung oleh fundamental negara yang stabil,” jelas Sutopo.

Sedangkan menurut Ibrahim, investor sebaiknya memberi alokasi untuk valas di kisaran 20%, mengingat instrumen yang satu ini tergolong volatil. Karena risikonya besar, investor tentu disarankan hanya menggunakan dana menganggur ketika berinvestasi valas.

Selanjutnya: Kurs Rupiah Masih Rentan Tekanan, Ini Proyeksi Pergerakan Pekan Depan

Menarik Dibaca: Ekspor UMKM Indonesia ke Eropa Melesat 87%: Ini Kuncinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×