CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.364.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.757   28,00   0,17%
  • IDX 8.420   13,34   0,16%
  • KOMPAS100 1.164   -0,44   -0,04%
  • LQ45 848   -0,95   -0,11%
  • ISSI 294   0,44   0,15%
  • IDX30 442   -0,63   -0,14%
  • IDXHIDIV20 514   -0,01   0,00%
  • IDX80 131   0,01   0,01%
  • IDXV30 135   -0,15   -0,11%
  • IDXQ30 142   -0,01   -0,01%

Indeks Dolar Menguat, Investor Mulai Berburu Aset Berbasis USD


Kamis, 20 November 2025 / 20:08 WIB
Indeks Dolar Menguat, Investor Mulai Berburu Aset Berbasis USD
ILUSTRASI. Indeks dolar AS (DXY) kembali menguat hingga menembus level 100,1, level tertinggi dalam hampir dua pekan terakhir


Reporter: Wafidashfa Cessarry | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks dolar AS (DXY) kembali menguat hingga menembus level 100,1, level tertinggi dalam hampir dua pekan terakhir, didorong penurunan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.

Mengutip Trading Economics, Kamis (20/11/2025) pukul 16.38 WIB, DXY melemah tipis 0,04% ke 100,189 secara harian, namun dalam sebulan naik 1,27%. 

Sejumlah mata uang utama Asia-Pasifik dan Eropa turut tertekan, mencerminkan dominasi dolar setelah pasar memangkas ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Euro melemah ke level terendah dua minggu, dolar Australia melemah ke posisi terendah tiga bulan, sementara yen menyentuh level terlemah sejak Januari.

Mengutip Bloomberg, Kamis (20/11/2025) pukul 16.37 WIB, pasangan valuta asing (Valas) EUR/USD berada di US$1,1524 per euro, GBP/USD di US$ 1,3071, AUD/USD di US$0,6477, USD/JPY di 157,160, dan USD/CHF di 0,8058.

Baca Juga: Tekanan Belum Reda, Rupiah Diproyeksi Melemah Terbatas, Kamis (21/11)

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menjelaskan, kenaikan DXY erat kaitannya dengan perubahan tajam ekspektasi pasar. “Peluang pemangkasan suku bunga pada bulan Desember yang turun dratis, misal dari 50% menjadi 33% membuat investor melihat The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama,” jelasnya kepada Kontan, Kamis (20/11/2025).

Menurut Sutopo, kondisi ini membuat aset berbasis dolar seperti US Treasury semakin menarik, sehingga dolar terus mendapatkan dorongan permintaan.

Dari sisi fundamental, penguatan dolar mencerminkan perbedaan kebijakan moneter antara AS dan negara lain. “Kuatnya dolar terhadap yen, franc, maupun pound mencerminkan keunggulan fundamental ekonomi AS dibandingkan mitra dagangnya,” kata Sutopo.

Namun, ia menekankan bahwa arah penguatan dolar selanjutnya sangat ditentukan oleh data ekonomi AS, khususnya ketenagakerjaan, yang akan memengaruhi ruang The Fed untuk menahan atau melanjutkan pemangkasan suku bunga.

Di sisi lain, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai ruang penguatan dolar masih terbatas. “Ekspektasi pasar akan berubah seiring rilis data-data ekonomi, terutama inflasi AS,” ujarnya.

Ia melihat tren pemangkasan suku bunga justru dapat kembali menguat mengingat pelemahan di pasar tenaga kerja AS. “Menurut saya, prospek pemangkasan suku bunga akan kembali naik ke depan,” kata Lukman.

Dalam kondisi volatil seperti saat ini, Lukman mengingatkan investor untuk tidak tergesa-gesa masuk saat pasar sedang naik. “Jangan masuk ketika naik atau rally karena market masih akan volatile dan swing besar, terutama ketika data ekonomi AS dirilis,” ujarnya.

Data-data tersebut, akan berdatangan “seperti tsunami” dan dapat memengaruhi pergerakan pasar hingga akhir tahun.

Baca Juga: Rupiah Tertekan Penguatan Dolar AS, Waspadai Potensi Risiko Jatuh ke Level Rp 17.000

Sutopo juga menilai strategi defensif menjadi opsi terbaik bagi investor. “Investor cenderung meningkatkan alokasi ke aset berbasis dolar seperti US Treasury atau deposito dolar, karena imbal hasilnya masih atraktif,” katanya.

Investor global juga disarankan memperkuat lindung nilai risiko mata uang untuk melindungi portofolio mereka di tengah penguatan dolar.

Terkait pemilihan mata uang, Lukman menilai dolar saat ini tidak ideal untuk dikoleksi. “USD masih overvalue, jadi menurut saya hindari, apalagi saat tinggi sekarang,” ujarnya.

Ia menilai euro lebih menarik karena secara data ekonomi sangat bagus di antara mata uang G7. Selain itu, franc Swiss (CHF) masih menjadi favorit safe haven, sementara yen (JPY) masih tertahan oleh kebijakan dovish dan stimulus fiskal besar Jepang. Untuk Poundsterling (GBP) sendiri masih dibayangi isu anggaran, kenaikan pajak, dan potensi gejolak politik.

Selanjutnya: Delapan Tersangka Kasus Ijazah Jokowi, Termasuk Roy Suryo Dicekal ke Luar Negeri

Menarik Dibaca: Hasil Australian Open 2025, Sembilan Wakil Indonesia Melenggang ke Perempat Final

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×