kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45934,85   7,21   0.78%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks berpeluang rebound, prospek ETF obligasi dan saham masih cerah


Rabu, 04 Juli 2018 / 22:35 WIB
Indeks berpeluang rebound, prospek ETF obligasi dan saham masih cerah
ILUSTRASI. Acara Peluncuran ETF Pinnacle IDX30 di BEI


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar exchange traded fund (ETF) tampak ramai di tengah menurunnya kinerja pasar saham dan obligasi. Terlihat, sejumlah ETF mengalami penambahan jumlah unit penyertaan meski imbal hasil masih tercatat negatif.

Kendati demikian, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana melihat, saat ini ETF berbasis obligasi menjadi yang paling menarik untuk dicermati. Pasalnya, yield obligasi, khususnya surat utang negara (SUN) acuan bertenor 10 tahun terus menanjak, bahkan sempat kian mendekati 8%.

Per hari ini, Rabu (4/7), yield SUN tenor 10 tahun berada di posisi 7,69%. "Yield ini sangat menarik untuk investor masuk ke aset berbasis obligasi sekarang karena sudah naik cukup jauh dibanding awal tahun," kata Wawan.

Senada, Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo berpendapat, momentum koreksi pada harga obligasi yang disertai dengan naiknya yield menarik minat investor. Hal ini tampak dari pertambahan unit penyertaan pada ETF obligasi Asian Bond Fund-Indonesian Index Fund (R-ABFII) sebanyak 305.432 unit sepanjang Juni lalu.

"Investasi di obligasi di kala market bergejolak lebih menguntungkan karena investor menerima kupon. Selain itu, volatilitas obligasi tidak setinggi di saham," ujar Soni, Rabu (4/7).

Soni menargetkan, kinerja R-ABFII tahun ini masih bisa tercapai sesuai targetnya. Harapannya, tracking error ETF ini bisa lebih kecil dari 80 basis point (bps) untuk kurun (rolling) tiga tahun.

Di sisi lain, Wawan menilai, indeks saham juga masih berpotensi rebound lagi seiring dengan kondisinya yang terus mengalami penurunan saat ini. Secara historis, ia melihat, indeks akan kembali naik saat koreksi sudah mencapai 20%. "Tidak bisa dipastikan berapa lama indeks akan kembali pulih dan mencapai titik tertingginya lagi, tapi biasanya tidak akan lama, dalam setahun atau dua tahun paling lama," kata dia.

Guntur Putra, CEO Pinnacle Investment juga masih optimistis kinerja produk ETF Pinnacle yang berbasis saham, terutama ETF IDX30 Pinnacle (XPID), masih dapat memberi imbal hasil optimal, yaitu 1% di atas capaian indeks IDX30. "Tracking error juga kami jaga secara ketat agar tidak melebihi 1% dari indeks acuan," kata Guntur.

Adapun, jika IHSG bisa kembali ke level 6.600 seperti awal tahun, Wawan memprediksi imbal hasil produk ETF masih bisa mencapai kisaran 8%-10% di akhir tahun. Sementara, ETF dengan acuan indeks seperti LQ45 dan IDX30 seharusnya bisa memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi lagi daripada IHSG. "Jangan lupa, selain dari apresiasi harga, investor ETF juga masih berpeluang mendapat untung dari pembagian dividen," tutup Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×