Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Ambruknya nilai ekspor dan impor China pada bulan Mei 2015 membebani harga nikel. Alhasil, harga nikel terpeleset dari level tertinggi selama tiga pekan yang diraihnya akhir pekan lalu.
Mengutip Bloomberg, Senin (8/6), pukul 01.03 waktu Hong Kong, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,45% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 13.115 per metrik ton.
Kendati begitu, harga nikel dalam sepekan terakhir masih bisa naik 1%. Pangkal soalnya adalah rilis data ekspor China pada Mei 2015, yang turun 2,8% dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan nilai impor turun 18,1%. Untungnya, neraca perdagangan China masih tercatat surplus US$ 59,1 miliar.
Ibrahim, analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka, menjelaskan, pengaruh buruknya data ekspor dan impor China menekan harga nikel. Data ini menjadi bukti bahwa permintaan nikel dari China belum membaik.
Kemerosotan permintaan juga terlihat dari stok nikel LME yang membengkak 65% dalam setahun terakhir menjadi 469.488 metrik ton. Ini membuktikan bahwa stimulus yang digelontorkan China selama ini belum berpengaruh pada perekonomian.
Dengan minimnya permintaan dari China sebagai salah satu konsumen terbesar, prospek harga nikel masih akan terus bergerak di level bawah. "Keadaan ekonomi China masih lesu sehingga memilih mengeksplorasi sumber daya dalam negeri untuk memenuhi kebutuhannya," ujar Ibrahim.
Pasar juga menanti rilis data properti China. Maklum, penjualan properti di 69 kota dari 70 kota di China pada April 2015 melambat. Diduga perlambatan penjualan properti pada bulan Mei bisa terjadi di seluruh kota di China. Tekanan tidak hanya datang dari China, "Data tenaga kerja AS yang bagus membuat peluang kenaikan bunga The Fed semakin besar," kata Ibrahim.
Jika The Fed memutuskan menaikkan suku bunga pada September nanti, ekonomi global akan terpuruk lagi. Penurunan harga nikel ini diprediksi masih akan berlanjut sepekan ke depan. Penurunan akan semakin dalam terjadi jika rilis data CPI China Mei 2015 turun menjadi 1,3% dari Mei 2014 yakni 1,5%.
Dari sisi teknikal, moving average dan bollinger band berada 30% di atas bollinger menurun. Garis moving average convergence divergence (MACD) 60% negatif bergerak ke bawah. Stochastic 60% negatif. Hanya indikator relative strength index (RSI) yang masih wait and see. Hari Selasa (9/6) ini, Ibrahim menduga harga nikel di US$ 13.015–US$ 13.125 per metrik ton. "Sepekan ini harga di US$ 12.800–US$ 13.125 per metrik ton," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News