Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas indeks saham di kawasan Asia pada Selasa (26/11) ditutup melemah. Lihat saja, indeks NIKKEI 225 ditutup turun 0,96% dan indeks KOSPI melemah 0,55%.
Kemudian indeks SET dari Thailand terkoreksi 0,37%. Di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juag ditutup melemah 0,93% atau turun 68,22 poin ke level 7.245,88.
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mencermati pelemahan indeks di kawasan Asia merupakan imbas dari pernyataan Donald Trump.
Di mana, presiden terpilih Amerika Serikat (AS) itu berencana untuk penambah tarif terkait barang-barang China sebesar 10%. Trump juga berencana untuk menaikkan tarif impor dari Kanada dan Meksiko sebesar 25%.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.245 Hari Ini (26/11), BBRI, ADRO, BBCA Paling Banyak Net Sell Asing
"Ini memicu ketidakpastian ekonomi global dan membuat investor cenderung mengantisipasi dampak sehingga menekan pasar saham Asia, termasuk Indonesia," jelas Audi kepada Kontan, Selasa (26/11).
Tak hanya itu, wacana Trump itu juga akan berdampak terhadap perdagangan di Indonesia. Ini disebabkan oleh terganggunya seiring pasar China, sehingga hal ini menimbulkan sentimen negatif di pasar.
"Pasar juga kini tengah menantikan risalah FOMC, jika perlambatan pemangkasan suku bunga dari ekspektasi pasar maka akan cenderung menekan pergerakan pasar saham," tutur Audi.
Untuk perdagangan Rabu (26/12), Audi memproyeksikan pasar Asia masih akan bergerak mixed cenderung terbatas seiring ketidakpastian yang kembali meningkat dan juga terjadi penguatan indeks dolar AS.
Tim Riset Phillip Sekuritas menambahkan memerahnya mayoritas indeks saham di Asia turut dipengaruhi oleh kenaikan nilai tukar dolar AS akibat pernyataan Donald Trump.
Prospek kemungkinan tarif yang tinggi membuat para pelaku pasar menjadi lebih berhati-hati terhadap mata uang mitra dagang AS seperti Peso Meksiko dan Dollar Kanada (CAD).
"Pelaku pasar bersiaga untuk menghadapi lebih banyak berita utama berkaitan dengan tarif perdagangan. Ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan AS akan membuat volatilitas di pasar tetap tinggi," tulis tim riset Phillip Sekuritas.
Dari sisi makro ekonomi, Industrial Production Singapura naik 1,2% YoY di bulan Oktober, melambat tajam dari 9% YoY di bulan sebelumnya dan lebih rendah dari ekspektasi pasar yang tumbuh 1,5% YoY.
Selanjutnya: IHSG Turun Hampir 1%, Saham-Saham Perbankan Berbalik Melemah, Selasa (26/11)
Menarik Dibaca: Muncul Memar? Ini 5 Efek Kekurangan Vitamin C pada Kulit yang Harus Anda Tahu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News