Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Tahun ini, aksi ekspansi besar-besaran diperagakan sejumlah emiten sektor konsumsi. Sebut saja, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ). Analis meyakini, ekspansi itu bakal menjadi salah satu lokomotif pengerek kinerja emiten tersebut di 2014.
INDF, ambil contoh, melalui anak usaha, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menggandeng Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte Ltd masuk ke bisnis minuman kemasan non alkolhol. Mereka membentuk dua usaha patungan yakni PT Indofood Asahi Sukses Baverage (IASB) dan PT Asahi Indofood Beverage Makmur (AIBM).
Kedua usaha patungan tersebut kemudian membeli 22 perusahaan yang tergabung dalam Grup Tirta Bahagia, pemilik air minum kemasan merek Club. Nilai transaksi akuisisi ini Rp 2,2 triliun.
Analis AAA Sekuritas, Marlene menyatakan, aksi ini positif bagi INDF, karena potensi bisnis minuman kemasan di Indonesia sangat besar, mencapai 25% dari total pasar minuman non alkohol.
Berikutnya adalah AISA yang masuk bisnis minuman berbahan dasar susu (dairy) menggandeng perusahaan peternakan lokal. "Dengan menggandeng lokal, AISA tak perlu mengimpor bahan baku susu, jadi tidak terpengaruh depresiasi rupiah," ujar Wilson Sofan Kepala Riset Reliance Securities. Nilai ekspansi AISA tersebut sekitar Rp 200 miliar.
Emiten lain yang menggeber ekspansi adalah ULTJ. Perusahaan ini meneken joint venture dengan Ito En, perusahaan produsen minuman ringan dan teh hijau besar di Jepang. Pembangunan pabrik akan dimulai tahun depan.
Eric Ng, analis Magnus Capital berpendapat, ekspansi ULTJ memperbesar bisnis minuman kemasan akan berdampak bagus bagi perusahaan. Aksi ini dinilai Eric tepat, karena teh hijau kini sedang menjadi tren. Dia pun memprediksi, emiten sektor konsumsi bakal menjadi primadona di tahun 2014.
Wilson menambahkan, ekspansi bisnis di sektor barang konsumsi bisa dilakukan kapan saja lantaran pada dasarnya permintaan setiap tahun meningkat. Terlebih, menjelang pemilihan umum (pemilu) 2014, permintaan barang konsumsi biasanya tinggi. "Emiten sektor barang konsumsi menjadi emiten yang paling defensif pada tahun depan," kata Wilson.
Tak pelak, saham emiten sektor konsumsi menjadi primadona pasar. Di tahun ini saja, meski pasar saham tertekan, indeks saham emiten sektor konsumsi masih tetap positif. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga akhir pekan lalu (20/13), indeks saham emiten barang konsumsi masih tumbuh 12,37% dibandingkan akhir 2012. Sementara pada periode yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru turun 2,81% ke level 4.195,56.
Cuma, Marlene mengingatkan, nilai tukar rupiah yang terus melemah masih menjadi tantangan besar bagi emiten sektor konsumsi tahun depan. Emiten yang banyak mengimpor bahan baku harus mengeluarkan biaya produksi lebih besar. Ambil contoh INDF, yang banyak menggunakan bahan baku impor, terutama gandum.
Depresiasi rupiah, menurut Wilson, bisa memangkas margin dari emiten sektor barang konsumsi. Tapi dengan peningkatan penjualan yang mampu diraih, dia yakin, kinerja sektor konsumsi tahun 2014 tetap oke.
Dus, Eric pun menilai, saham-saham emiten sektor barang konsumsi bakal menjadi primadona para investor di tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News