kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Imbal hasil SUN sentuh level terendah di tengah konflik panas AS dan Iran


Senin, 13 Januari 2020 / 19:41 WIB
Imbal hasil SUN sentuh level terendah di tengah konflik panas AS dan Iran
ILUSTRASI. Pasar obligasi Indonesia memang menarik bagi investor asing, meski konflik Amerika Serikat (AS) dan Iran masih panas.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia memang menarik bagi investor asing, meski konflik Amerika Serikat (AS) dan Iran masih panas.

Mengutip Bloomberg, Senin (13/1), yield surat utang negara (SUN) tenor acuan 10 tahun menyentuh level terendah di 6,87%. Sebagai perbandingan, dalam sepekan lalu, yield SUN berada di posisi 7,06%.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan, yield SUN bergerak turun karena dana investor asing cukup deras masuk ke pasar obligasi Indonesia. Permintaan yang tinggi akhirnya membuat harga SUN naik dan yield bergerak turun.

Baca Juga: Awal tahun, BI mencatat arus modal asing yang masuk sebesar Rp 10,1 triliun

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 1.071,90 triliun per 9 Januari 2020. Padahal, di akhir tahun lalu kepemilikan asing di SBN berada di Rp 1.061,86 triliun. Artinya, di awal tahun ini kepemilikan asing di SBN bertambah Rp 10,04 triliun.

"Yield SUN memang memiliki daya tarik yang lebih tinggi dibanding surat utang negara lain," kata Ramdhan, Senin (13/1). Tidak heran bila yield tetap bergerak turun, meski perang AS dan Iran masih berlanjut.

Memang, kabar terakhir Presiden AS Donald Trump menyatakan penolakan untuk membalas serangan Iran.  Namun, hingga kini ketegangan dan kecemasan masih terasa karena Iran masih menembakkan roket ke pangkalan militer AS di Irak hingga, Minggu (12/1).

Pengamat pasar modal Siswa Rizali juga berpendapat, investor asing tetap memilirik pasar obligasi Indonesia meski perang AS dan Iran belum tuntas benar.

"Obligasi pemerintah Indonesia memiliki fundamental yang baik dengan tawaran yield salah satu yang tinggi dan terbatas, mau tidak mau investor global seperti Jepang, Korea dan AS tetap harus investasi dan tentunya mereka cari surat utang dengan yield tinggi," kata Siswa.

Baca Juga: Global bond perdana milik pemerintah tahun ini dirilis dalam dolar AS dan euro

Apalagi sebelumnya, nilai tukar rupiah belakangan ini sudah jatuh paling banyak, sehingga menambah ketertarikan asing untuk masuk ke pasar obligasi.

Siswa pun optimistis prospek pasar obligasi akan cerah. "Walaupun asing takut masuk ke pasar obligasi denomiasi rupiah, mereka masih bisa memburu obligasi dengan denominasi dollar AS," kata Siswa.

Kompak, Ramdhan juga yakin, dalam jangka panjang pasar obligasi akan semakin baik prospeknya. Menurut Ramdhan, persoalan perang AS dan Iran hanya akan terjadi sementara karena efeknya hanya akan merugikan kedua negara tersebut.

Baca Juga: Yield turun, lelang sukuk Selasa (14/1), diprediksi ramai peminat

Alhasil, bila persoalan geopolitik mereda maka potensi penguatan di pasar obligasi maish bisa berlanjut.

Ramdhan memproyeksikan di semester I-2020 yield SUN berpotensi turun ke 6,75%.

Hanya, saja kembali lagi, tidak dipungkiri potensi dana asing keluar (hot money) masih terbuka jika kondisi global kembali tidak pasti. Belum lagi, ada permasalahan kepercayaan karena pasar keuangan dalam negeri bertubi-tubi menghadapai persoalan seperti gagal bayar Jiwasraya, dugaan korupsi Asabri, dan ditutupnya beberapa reksadana di tahun lalu.

"Persoalan tersebut akan jadi pembelajaran dan dalam jangka panjang dengan pengawasan yang lebih baik, maka iklim investasi di dalam negeri bisa semakin sehat dengan begitu bisa semkain menarik investor asing dan domestik," kata Ramdhan.

Baca Juga: Utang Masih Jadi Andalan untuk Menutup Defisit Anggaran premium

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×