Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 rata menekan semua sektor bisnis. Dampak negatif pandemi juga membebani produk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Dana Investasi Real Estate (DIRE) dan Dana Investasi Infrastruktur (Dinfra) yang memegang aset sektor properti serta infrastruktur.
Sayangnya kedua sektor padat karya tersebut mau tidak mau harus terkana imbas pengurangan bahkan penghentian aktivitas binsisnya demi mengurangi penyebaran virus korona. Instrumen DIRE dan Dinfra yang selama ini menikmati hasil pendapatan di sektor itu pun ikut terpengaruh.
Bulan lalu, PT Ciptadana Asset Management mengajukan permohonan untuk menunda tanggal pendistribusian dividen tunai atas instrumen DIRE Ciptadana Properti Perhotelan Padjajaran kepada Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Ciptadana menunda pendistribusian dividen senilai Rp 2,63 miliar hingga ke 11 Agustus 2020 karena terkena imbas sentimen pandemi. Sebelumnya, Ciptadana menjadwalkan pembagian dividen tunai pada 20 Mei 2020.
Baca Juga: Likuiditas Lemah, Moody's Pangkas Peringkat DIRE milik Grup Lippo Jadi B1
"Sampai saat ini jadwal pembayaran dividen DIRE Ciptadana Properti Perhotelan Padjajaran masih sesuai dengan tanggal 11 Agustus," kata Paula Rianty Komarudin, Direktur Utama PT Ciptadana Asset Management, Senin (22/6).
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Ciptadana mengatakan penyebaran Covid-19 mengganggu cash flow dari DIRE yang memiliki aset Hotel Padjajaran. DIRE dengan kode XCIS ini mengalami penghentian operasional total sekitar tiga bulan.
Padahal, kegiatan operasional hotel mencapai 51%-75% terhadap total pendapatan di 2019. Alhasil, penghentian operasional berpotensi membuat pendapatan konsolidasian menurun lebih dari 75%.
Penurunan pendapatan tersebut juga berpotensi merembet pada penurunan laba bersih sekitar 25%-50%. Hingga, Ciptadana merencankan untuk melikuidasi XCIS.
Keputusan mengenai hal itu akan diputuskan bersama melalui rapat umum pemegang unit penyertaan (RUPUP) yang digelar pada 15 Juli mendatang. Agenda lain yang akan diminta persetujuannya adalah pembagian hasil likuidasi dalam bentuk saham PT Bumi Pakuan Permah yang merupakan special purpose company (SPC) dan pemilik tercatat dari aset real estate DIRE tersebut.
Pada 10 Juni, BEI mengumumkan bahwa perdagangan efek XCIS dihentikan sementara di seluruh pasar terkait rencana pembubaran dan likuidasi tersebut.
Paula mengatakan pandemi memang menekan seluruh lini bisnis termasuk juga operasional Solo Grand Mall yang menjadi aset DIRE Ciptadana yang lain, yaitu Properti Indonesia (XCID). Namun, Paula bersyukur pemerintah Kota Solo menerapkan Kejadian Luar Biasa (KLB), bukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga mal tersebut tetap buka, meski dengan pengurangan jam operasi.
Baca Juga: DIRE Ciptadana Properti Ritel bagikan dividen kedua di tahun 2020
Paula berharap pembayaran dividen XCID ke depan bisa sesuai jadwal. Sebelumnya, pada 20 Mei XCID berhasil membagikan dividen kepada 350 pemegang sahamnya.
Sementara, Paula mengatakan hingga saat ini pembayaran imbal hasil masih berjalan lancar untuk DIRE Ciptadana Properti Industri Indonesia yang memiliki aset real estat gedung kantor dan pabrik. "Pembayaran sewa di sektor real estat diperkirakan masih akan tetap bertahan di tengah pandemi," kata Paula, Senin (22/6).
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan fokus instrumen DIRE adalah mendapat imbal hasili dari pendapatan sewa dan peningkatan harga properti. Di tengah pandemi seperti ini, Wawan memproyeksikan sulit bagi sektor properti untuk bangkit. "Kenaikan harga properti kemungkinan naik di tahun depan, sementara bisnis hotel tahun depan masih belum tentu membaik," kata Wawan.
Namun, Wawan memproyeksikan bagi DIRE yang memegang aset mal, arus pendapatan masih bisa masuk karena kebijakan kenormalan baru yang memperbolehkan mal buka.
Sementara, real estat perkantoran memang berpotensi lebih bertahan karena kontrak penyewaan biasanya berlanjut. Namun, Wawan memproyeksikan pandemi berpotensi menurunkan harga sewa. Alhasil, imbal hasil dari DIRE berpotensi lebih rendah dari tahun lalu.
Begitu pun imbal hasil dari Dinfra yang memiliki aset tol. "Tol memang tidak ditutup tetapi pembagian dividen yang lebih rendah tetap bisa terjadi karena aktivitas penggunakan tol saat ini bisa lebih rendah dari sebelum pandemi menyerang," kata Wawan.
Baca Juga: BEI masih mengantongi 20 calon emiten dalam pipeline IPO
Dalam jangka pendek, Wawan memproyeksikan dana kelolaan KIK DIRE dan Dinfra berpotensi menurun. Begitupun dengan peluncuran produk baru. Namun, bila ada manajer investasi yang meluncurkan produk KIK dengan aset rumah sakit, Wawan memproyeksikan instrumen tersebut akan menarik di tengah pandemi.
"Bagaimanapun kurva pandemi belum melandai, jika PSBB diberlakukan kembali, maka imbal hasil DIRE di sektor properti akan makin menurun," kata Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News