Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat minus di tahun 2024. IHSG terkoreksi 3,49% sejak awal tahun alias year to date (ytd) hingga November 2024. Sementara kalau dihitung per 27 Desember, IHSG minus 3,25% ytd.
Tim Analis NH Korindo menyebut, IHSG tercatat sebagai indeks berkinerja terburuk di ASEAN per November 2024. Sebab, penurunan kinerja IHSG terjadi di tengah pertumbuhan indeks negara tetangga yang naik dua digit, kecuali Thailand yang hanya tumbuh 3,64%.
“Catatan ini menjadi penurunan tahunan pertama IHSG sejak tahun 2020, ketika indeks terpangkas hingga 5% akibat dampak pandemi COVID-19,” ujar Tim Analis NH Korindo dalam riset terbaru yang diterima Kontan, Senin (30/12).
Sebelumnya, IHSG berhasil mencatatkan penguatan sebesar 6,16% sepanjang 2023, naik 4,09% sepanjang 2022, dan melesat 10,08% sepanjang 2021.
“Kinerja IHSG yang loyo di tahun 2024 tersebut mencerminkan tantangan besar yang dihadapi pasar sepanjang tahun, baik dari tekanan global maupun dinamika domestik,” kata Tim Analis NH Korindo.
Baca Juga: IHSG Turun 0,18% ke 7.023 di Sesi I Senin (30/12), GOTO, MDKA, TOWR Top Gainers LQ45
Sektor terbaik dan terburuk
Di sepanjang tahun 2024, sektor yang berkinerja terbaik adalah sektor energi, sektor properti dan real estate, serta sektor kesehatan.
Per 27 Desember 2024, kinerja sektor energi naik 26,53% ytd, didukung oleh kinerja saham PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang meroket masing-masing 439% ytd dan 361% ytd. Sektor properti dan real estate naik 5,70% ytd dan sektor kesehatan naik 4,73% ytd.
Sebaliknya, sektor transportasi dan logistik, sektor teknologi, dan sektor industri mencatatkan kinerja paling buruk di sepanjang tahun 2024.
Sektor transportasi dan logisitik amblas sebesar 19,26% ytd. Penurunan tersebut seiring jebloknya kinerja saham emiten berkapitalisasi pasar terbesar di sektor itu.
Misalnya, PT Temas Tbk (TMAS) yang turun 9,62% ytd, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) turun 23,19% ytd, PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) turun 13,75% ytd, PT Blue Bird Tbk (BIRD) turun 10,61% ytd, dan PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) turun 15,19% ytd.
Sektor teknologi juga turun 12,51% di sepanjang 2024. Ini terutama imbas melorotnya saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sebesar 26,74% ytd, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) terjun 43,06% ytd, serta melemahnya PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) hingga 17,63% ytd.
Sektor industri juga membukukan rapor merah, melemah 6,88% ytd. Penurunan ini seiring dengan anjloknya saham PT Astra International Tbk (ASII) hingga 12,74% ytd.
Sementara itu, sektor keuangan malah menjadi sasaran jual asing. Padahal, sektor keuangan sejatinya merupakan tulang punggung IHSG. Akibatnya, kinerja sektor keuangan teperosok 4,24% ytd.
Senasib, sektor konsumer non-cyclical dan cyclical juga mengalami penurunan, walau termasuk paling kecil di teritori merah, yaitu masing-masing turun 1,27% dan 0,01%.
Baca Juga: IHSG Turun di Awal Perdagangan Senin (30/12), Bergerak di Sekitar 7.000
Sentimen pemberat
Tim Analis NH Korindo melihat, ada beberapa sentimen pemberat kinerja IHSG di tahun 2024, baik dari global maupun domestik.
Dari sisi global, pertama, ada penurunan suku bunga bank sentral negara utama, terutama Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS), yang tidak sesuai ekspektasi pasar. Hal ini menyebabkan aliran modal asing keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kedua, indeks dolar AS menguat sampai 7% di sepanjang tahun 2024, sehingga meningkatkan tekanan pada mata uang emerging-markets, termasuk rupiah. Hal tersebut pun memengaruhi stabilitas pasar saham domestik.
“Per 6 Desember 2024, rupiah termasuk dalam lima mata uang terlemah di dunia, dengan penilaian terhadap nilai tukanya terhadap dolar AS. Loyonya rupiah berbarengan dengan Riyal Iran, Dong Vietnam, Leone Sierra Leon, dan Kip Laos,” sebut mereka.
Ketiga, melambatnya ekonomi China sebagai mitra dagang utama Indonesia. Kondisi tersebut pun mengurangi demand terhadap komoditas ekspor andalan RI, seperti batubara dan minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO).
Keempat, adanya sejumlah konflik global, seperti di Timur Tengah dan Eropa Timur. Hal tersebut pun turut meningkatkan volatilitas pasar global, yang berdampak pada sentimen investor.
Di tengah volatilitas tersebut, emas, sebagai aset safe haven, pun kembali diburu. Bank sentral China tercatat juga melakukan pembelian dalam jumlah masif.
“Alhasil, logam mulia itu harganya naik 26% di sepanjang tahun 2024. Emas pun menjadi alternatif investasi yang lebih menguntungkan ketimbang saham,” ungkap mereka.
Kelima, kekhawatiran akan potensi perang dagang di bawah pemerintahan presiden terpilih AS, Donald Trump. Kondisi tersebut pun menambah ketidakpastian di pasar global, karena perang dagang diperkirakan bakal membuat inflasi AS cenderung memanas.
Akibatnya, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun jadi susah turun dari level 4,62%, bahkan tengah mengalami uptrend ke arah 5,0%. Angka tersebut sudah memanjat naik hampir 20% di sepanjang tahun 2024.
“Demi memperkecil jarak dengan yield US Treasury tenor 10 tahun, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) Indonesia tenor 10 tahun pun tak bisa jauh-jauh dari level 7,0%. Angka tersebut sudah naik 8,11% ytd,” tulis Tim Analis NH Korindo.
Baca Juga: Cuan Di 2024, Harga Saham Ini Naik Ratusan-Ribuan Persen, Apakah Masih Layak Beli?
Sentimen domestik
Dari sisi domestik, sentimen yang memengaruhi kinerja IHSG adalah pelemahan nilai tukar rupiah imbas penguatan indeks dolar AS, lesunya daya beli masyarakat, perubahan kebijakan pemerintahan baru, hingga gejolak politik dalam negeri.
Sektor unggulan, seperti sektor perbankan dan komoditas, juga mengalami tekanan dari melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik dan penurunan harga komoditas global.
Kondisi tersebut pun diperburuk dengan keputusan terbaru pemerintah untuk menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% yang efektif pada 1 Januari 2025 atas beberapa produk. Kebijakan tersebut dinilai semakin menambah beban pada daya beli masyarakat.
“Belasan insentif yang juga langsung digelontorkan untuk mengimbangi kebijakan ini pun perlu penelaahan lebih lanjut mengenai detail pelaksanaannya,” ujar mereka.
Selanjutnya: Indonesia Dapat 221.000 Kuota Haji 2025
Menarik Dibaca: Cara Menggunakan Filter dan Efek AR di WhatsApp iOS yang Jadi Fitur Terbaru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News