kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG Naik Terangkat Saham Big Caps, Berikut Saham-Saham yang Masih Murah


Jumat, 18 Maret 2022 / 07:25 WIB
IHSG Naik Terangkat Saham Big Caps, Berikut Saham-Saham yang Masih Murah


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,40% ke level 6.964,39 pada perdagangan Kamis (17/3). Akan tetapi, jika dibandingkan dengan akhir Februari 2022 yang berada di posisi 6.888,17, level IHSG saat ini sudah naik 1,1%.

Peningkatan IHSG tersebut didorong oleh kenaikan harga saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big caps) alias blue chip. Hal ini terlihat dari saham-saham big caps yang dominan menghiasi jajaran leaders IHSG.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, top 10 leaders IHSG Maret 2022 per Kamis (17/3) terdiri dari PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), dan PT Bank Mega Tbk (MEGA).

Baca Juga: Wall Street Bergerak Datar Setelah Kemarin Melonjak Akibat Kebijakan The Fed

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandu Dewanto mengatakan, rotasi pasar ke saham-saham big caps ditopang oleh kuatnya dana masuk dari investor asing. Dalam sebulan terakhir, akumulasi net buy asing ke pasar saham Indonesia sudah mencapai Rp 18 triliun.

"Biasanya investor asing melakukan akumulasi bertahap dalam waktu yang cukup panjang sehingga diharapkan berlanjut lebih lama, bukan hanya kenaikan sesaat," kata Pandu kepada Kontan.co.id, Kamis (17/3).

Terlebih lagi, kinerja emiten blue chip rata-rata mencatatkan pertumbuhan positif. Bahkan, beberapa diantaranya berhasil mencetak laba tertingginya sehingga dapat dikatakan sudah sepenuhnya pulih dari pandemi.

Menurut Pandu, hal tersebut menjadi faktor utama keyakinan para investor untuk kembali masuk ke saham-saham blue chip. "Pasalnya, saham-saham tersebut memiliki resilience yang kuat, terbukti bertahun-tahun dapat bertahan dan lebih cepat recover sehingga layak disebut saham blue chip," ungkap Pandu.

Baca Juga: Pimpin Pergerakan IHSG, Saham Big Caps Ini Diproyeksi Masih Menanjak

Selain adanya perbaikan dari segi kinerja, kondisi makroekonomi Indonesia saat ini juga diuntungkan oleh tingginya harga komoditas. Hal ini turut menjadi alasan kuatnya arus masuk dana asing karena Indonesia dianggap lebih menarik daripada negara lain.

Di tengah kenaikan harga saham-saham yang disebutkan di atas, Pandu melihat masih ada saham-saham blue chip yang memiliki valuasi murah. Beberapa diantaranya adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Media Citra Nusantara Tbk (MNCN), dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

Saham-saham tersebut saat ini masih diperdagangkan di bawah rata-rata PE dan PBV masing-masing. Sebagai contoh, ERAA saat ini berada pada kisaran PE 9x, dibanding rata-rata PE lima tahun terakhir yang sekitar 11x. Kemudian, MNCN saat ini diperdagangkan pada PE 6x, dibanding rata-rata PE lima tahun terakhir sekitar 10x.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Rebound pada Jumat (18/3)

Lalu, INKP diperdagangkan pada PE 6x dengan rata-rata PE lima tahun terakhir 9x. Begitu juga dengan SMGR yang diperdagangkan di PBV 1x, sementara rata-rata PBV lima tahun terakhir sebesar 2x.

Menurut Pandu, keempat saham tersebut cukup menarik untuk dikoleksi jangka panjang. Dalam 12 bulan ke depan, ia menetapkan target harga untuk ERAA Rp 700 per saham, INKP Rp 11.000, MNCN Rp 1.200, dan SMGR Rp 10.000. Per Kamis (17/3), ERAA berada di harga Rp 560 per saham, INKP Rp 7.875 per saham, MNCN Rp 895 per saham, dan SMGR Rp 6.750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×