kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Cermati Proyeksi IHSG hingga Akhir Tahun, Ini Rekomendasi Saham Pilihan Analis


Minggu, 29 Juni 2025 / 18:28 WIB
Cermati Proyeksi IHSG hingga Akhir Tahun, Ini Rekomendasi Saham Pilihan Analis
ILUSTRASI. IHSG Masih Di Zona Merah  Suasana di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Indeks Harga Sham Gabungan (IHSG) tampaknya masih nyaman bergerak di bawah level 7.000 hingga akhir semester I-2025. Pada akhir perdagangan Kamis (26/6), IHSG berada di posisi 6.897,40 atau menguat 0,96% dalam sehari. Secara tahun berjalan, pergerakan indeks masih melemah 2,58%. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/03/06/2025


Reporter: Rashif Usman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Sham Gabungan (IHSG) tampaknya masih nyaman bergerak di bawah level 7.000 hingga akhir semester I-2025. Pada akhir perdagangan Kamis (26/6), IHSG berada di posisi 6.897,40 atau menguat 0,96% dalam sehari. Secara tahun berjalan, pergerakan indeks masih melemah 2,58%.

Memasuki paruh kedua tahun 2025, sejumlah sekuritas pun telah mematok level IHSG hingga tutup akhir tahun dengan level yang beragam.

Misalnya, Maybank Sekuritas Indonesia memperahankan target IHSG hingga akhir tahun 2025 di level 7.300. Posisi ini mencerminkan valuasi Price-to-Earnings (P/E) forward sebesar 11,5 kali, dengan asumsi pertumbuhan laba per saham (EPS) sebesar 6%. 

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG Senin (30/6) Usai Long Weekend

Analis Maybank Sekuritas Indonesia Jeffrosenberg dan Jocelyn menilai IHSG sempat mengalami rebound yang cukup kuat setelah terpuruk ke level terendah pada April lalu. Namun, tekanan kembali menghantui pergerakan indeks seiring meningkatnya ketidakpastian global, mulai dari eskalasi risiko geopolitik di Timur Tengah hingga meningkatnya ketegangan perdagangan global yang menekan ekspor komoditas utama Indonesia.

"Meskipun valuasi saat ini terlihat menarik, kami tetap bersikap hati-hati secara taktis. Pasar masih memerlukan katalis yang jelas untuk mendorong sentimen menjadi lebih positif," kata Jeffrosenberg dan Jocelyn dalam risetnya, Kamis (26/6).

Sementara itu, Kiwoom Sekuritas tetap mengambil pendekatan yang relatif konservatif dengan menetapkan target IHSG di kisaran 7.300–7.400 memasuki paruh kedua tahun 2025.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata, menjelaskan bahwa proyeksi tersebut mempertimbangkan sejumlah tekanan eksternal, seperti ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran, potensi kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Trump jilid dua, serta arus keluar dana asing yang masih berlanjut. 

Dari dalam negeri, daya beli masyarakat dinilai belum pulih sepenuhnya pasca pemilu, sementara harga komoditas utama Indonesia juga masih berada dalam tren melemah.

"Secara fundamental, valuasi IHSG memang masih menarik, namun sejujurnya sektor-sektor defensif seperti perbankan besar, telekomunikasi, dan konsumer staples mulai kehilangan tajinya sebagai penopang utama. Kami melihat peluang tetap ada, meski dibayangi volatilitas," ucap Liza kepada Kontan, Kamis (26/6) lalu.

Baca Juga: Menguat di Akhir Pekan, Bagaimana Proyeksi IHSG Awal Pekan Depan?

Research Analyst PT Henan Putihrai Sekuritas, Irsyady Hanief, menjelaskan bahwa pergerakan IHSG pada paruh kedua tahun ini dipicu oleh sejumlah faktor yang dapat menekan likuiditas pasar.  

Di antaranya adalah meningkatnya tensi konflik antara Iran dan Israel yang turut melibatkan Amerika Serikat, kekhawatiran terhadap potensi pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akibat kenaikan harga minyak, serta antisipasi pasar terhadap delapan calon emiten menarik yang bakal IPO membuat sebagian investor cenderung menahan transaksi demi berpartisipasi dalam penjatahan saham perdana tersebut. 

Meski demikian, Irsyady menilai masih ada sentimen positif yang bisa mendorong penguatan IHSG, salah satunya adalah apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang membuka peluang masuknya kembali aliran dana asing ke pasar domestik.

"Kami menyarankan para investor yang telah memiliki kepemilikan saham untuk melakukan akumulasi dan memanfaatkan momentum pelemahan IHSG guna memperbaiki rata-rata harga beli melalui penerapan strategi dollar-cost averaging," ujar Irsyady kepada Kontan, Kamis (26/6).

Rekomendasi Sektor dan Saham Pilihan

Liza menyarankan pelaku pasar untuk mencermati rotasi sektor dan memanfaatkan momen koreksi harga sebagai peluang trading di saham-saham siklikal. Ia juga merekomendasikan untuk melakukan peralihan portofolio dari saham spekulatif ke emiten yang memiliki fundamental solid serta menawarkan dividen yang menarik. Menurutnya, peluang IHSG menembus level 7.400 masih terbuka, meskipun sangat bergantung pada kondisi stabilitas global dan kekuatan arus dana di dalam negeri.

Sementara itu, Jeffrosenberg dan Jocelyn tetap menyarankan strategi buy on weakness pada sejumlah saham tematik tertentu seperti emiten di sektor ketahanan energi yaitu PY Medco Energy International Tbk (MEDC) dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), lalu perusahaan yang berpotensi diuntungkan dari Program Makan Bergizi Gratis khususnya emiten unggas yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), serta saham-saham yang terkait proyek Tanggul Laut Raksasa Jakarta yaitu PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP). 

Baca Juga: BRI Danareksa Sekuritas Nilai Sektor Konsumsi Cerah di Paruh Kedua 2025,Ini Ulasannya

Di sisi lain, Maybank Sekuritas mulai melihat valuasi saham blue chip utama, terutama perbankan besar seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), sudah cukup menarik. Namun, Maybank Sekuritas memilih bersikap hati-hati dan menunggu konfirmasi pemulihan makroekonomi yang lebih kuat sebelum mengambil posisi lebih agresif.

Top picks saham untuk tahun 2025 dari Maybank Sekuritas ialah BRIS dengan target harga di level Rp 3.600, MEDC pada target harga Rp 1.550 dan INTP dengan target harga di posisi Rp 7.200.

Dari Henan Sekuritas merekomendasikan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) di target harga Rp 1.680-Rp 1.700 dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) pada level target harga di posisi Rp 1.450-Rp 10.500.

Selanjutnya: Prabowo Sebut Nilai Tambah Proyek Baterai Kendaraan Listrik bisa Capai US$ 48 Miliar

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 30 Juni-1 Juli, Provinsi Ini Siaga Hujan Sangat Lebat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×