kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Prospek Sektor Konsumsi Masih Menantang, Simak Rekomendasi Sahamnya


Minggu, 29 Juni 2025 / 21:41 WIB
Prospek Sektor Konsumsi Masih Menantang, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Kinerja sektor konsumsi pada paruh pertama 2025 belum menunjukkan tanda pemulihan yang signifikan ditandai dengan lemahnya daya beli masyarakat. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor konsumsi pada paruh pertama 2025 belum menunjukkan tanda pemulihan yang signifikan. Hal ini ditandai dengan lemahnya daya beli masyarakat dan tren 'downtrading' ke produk yang lebih terjangkau.

Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan ketidakpastian global masih berpotensi mendorong naik biaya perusahaan, mengingat seperti adanya perang Timur Tengah yang berpotensi meningkatkan harga minyak dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Di sisi lain, daya beli juga sedang melambat.

"Walaupun saat ini pemerintah sudah mengeluarkan paket kebijakan stimulus mendorong konsumsi, tetapi dengan tingginya barang produk ini masih bisa potensi menekan daya beli," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (26/6).

Analis Indo Premier Sekuritas, Andrianto Saputra juga melihat prospek sektor konsumsi masih cenderung netral di tengah tekanan eksternal seperti harga bahan baku yang masih tinggi dan konsumsi domestik yang belum pulih sepenuhnya.

Baca Juga: Inflasi dan Kebijakan Tarif Impor AS Bayangi IHSG, Simak Proyeksi Senin (30/6)

"Kami melihat sektor ini belum cukup kuat untuk keluar dari tekanan karena daya beli konsumen masih tertahan, namun ada potensi perbaikan pada beberapa emiten tertentu," tegasnya.

Dia memperkirakan penjualan ICBP dan KLBF masih mencatat pertumbuhan positif di kuartal II 2025.

Penjualan ICBP diperkirakan naik 7,3% secara tahunan (year on year/YoY), ditopang oleh kenaikan harga jual mi instan pada Februari lalu serta penurunan harga minyak sawit mentah (CPO). Sementara KLBF diperkirakan tumbuh 5,4% yoy, terutama dari segmen farmasi dan consumer health.

Di sisi lain, penurunan kinerja masih membayangi SIDO dan UNVR yang masing-masing diperkirakan mencatat penurunan penjualan 6,5% dan 9,0% yoy pada kuartal II 2025. Hal ini mencerminkan adanya penurunan konsumsi terutama pada produk herbal dan kebutuhan rumah tangga premium.

"Tren 'downtrading' masih terjadi, yang membuat konsumen beralih ke produk yang lebih terjangkau," ujar Andrianto.

Untuk margin kotor (gross profit margin/GPM), Indo Premier memproyeksikan adanya perbaikan kuartalan untuk ICBP dan UNVR berkat penurunan harga CPO dan Brent oil. GPM ICBP diperkirakan naik menjadi 38,5% atau 233bps qoq, dan UNVR menjadi 49,7% atau 157bps qoq. Sementara itu, MYOR dan SIDO justru menghadapi tekanan marjin karena harga kopi dan kakao yang tinggi.

Meski hasil kuartal II MYOR diproyeksi di bawah ekspektasi, Andrianto menilai ada peluang pemulihan marjin di semester II 2025 seiring penurunan harga komoditas. Menurutnya, harga kopi dan kakao mulai menunjukkan tren penurunan setelah panen global yang lebih baik dari ekspektasi sehingga bisa mendukung margin MYOR di paruh kedua tahun ini.

Baca Juga: Cermati Proyeksi IHSG hingga Akhir Tahun, Ini Rekomendasi Saham Pilihan Analis

Dengan mempertimbangkan semua faktor, Indo Premier tetap mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor konsumsi. "Kami menyarankan strategi selektif dengan fokus pada saham seperti KLBF dan ICBP yang menunjukkan ketahanan marjin dan pertumbuhan pendapatan yang lebih stabil,” ujar Andrianto.

Sementara itu, Aziz merekomendasikan AMRT dengan target harga Rp 2.630. "Kami memilih AMRT karena secara valuasi P/E saat ini juga sudah undervalue yang mana saat ini sudah berada di SD-1," jelasnya. 

Adapun risiko utama yang diwaspadai adalah lonjakan harga bahan baku yang bisa kembali menekan marjin, serta ketidakpastian pemulihan daya beli masyarakat.

Selanjutnya: 4 Rekomendasi Saham Konsumsi untuk Diversifikasi Portofolio Anda

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 30 Juni-1 Juli, Provinsi Ini Siaga Hujan Sangat Lebat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×